Saba’: Negeri Makmur yang Hilang

  

Ilustrasi Ratu Balqis dan Kerajaan Saba yang kaya dengan irigasi dan Bendungan Ma'rib di Yaman Kuno.

🏛️ Asal-usul Saba’

Suatu ketika, seorang laki-laki bertanya kepada Nabi ﷺ tentang Saba’:

“Apakah Saba’ itu seorang laki-laki, perempuan, atau sebuah negeri?”

Nabi ﷺ menjawab:

“Dia adalah seorang laki-laki yang memiliki sepuluh anak. Enam di antara mereka menetap di Yaman, dan empat di Syam.”

Yang tinggal di Yaman adalah:

  • Madzhij

  • Kindah

  • Al-Azd

  • Al-Asy‘ariyyun

  • Anmār

  • Himyar

Sedangkan yang pergi ke Syam adalah:

  • Lakhm

  • Judzām

  • ‘Āmilah

  • Ghassān

Para ahli sejarah menyebutkan bahwa nama asli Saba’ adalah ‘Abd Syams bin Yasyjub bin Ya‘rub bin Qahthan.
Dia adalah orang pertama dari bangsa Arab yang melakukan penaklukan (as-sab’u), sehingga dijuluki Saba’.
Bahkan, sebagian mengatakan dialah orang pertama yang mengenakan mahkota kerajaan.


✍️ Saba’ yang Memprediksi Datangnya Nabi

Saba’ dikenal sebagai raja bijak dan penyair. Dalam salah satu syairnya, ia menggambarkan kedatangan seorang Nabi agung:

“Setelah kami akan datang seorang penguasa besar,
seorang Nabi yang tidak memberi kelonggaran dalam hal haram.”

“Namanya Ahmad, sebaik-baik manusia bertakwa,
seandainya umurku panjang, aku akan menolongnya dengan pasukanku." 

"Kapan pun dia muncul, berilah dia pertolongan... Dan sampaikan salamku kepada siapa yang menemuinya."

Syair ini menjadi pertanda bahwa Saba’ telah mengetahui kabar akan datangnya Nabi Muhammad ﷺ, jauh sebelum beliau diutus.


🌾 Negeri yang Dikaruniai Kemakmuran

Keturunan Saba’ berkembang pesat di Yaman, terutama di Ma’rib, negeri yang subur dan kaya.
Mereka menikmati kehidupan penuh nikmat: kebun yang hijau, sungai yang mengalir, dan buah-buahan yang berlimpah.
Raja-raja Himyar, termasuk Ratu Bilqis, memimpin dengan kebijaksanaan.

Namun kemakmuran ini tak bertahan lama.
Ketika mereka berpaling dari Allah dan menyembah matahari, kemurkaan Allah pun datang.


🌊 Banjir Besar: Sail al-‘Arim

Allah menurunkan hukuman berupa banjir besar yang menghancurkan bendungan Ma’rib.
Air bah meluluhlantakkan kebun mereka hingga berubah menjadi ladang gersang berisi pohon berduri, pohon pahit, dan hanya sedikit pohon bidara.

Sebagaimana firman Allah dalam QS. Saba’: 16–17:

“Maka Kami datangkan kepada mereka banjir besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan kebun yang berbuah pahit...
Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka.”


🏃‍♂️ Hijrah Besar Kaum Saba’

Setelah kehancuran itu, kaum Saba’ tercerai-berai ke berbagai penjuru negeri.
Sebagian menetap di Hijaz dan Makkah (seperti suku Khuza‘ah), sebagian ke Madinah (seperti Aus dan Khazraj), dan sebagian lagi ke Syam (seperti GhassānLakhm, dan lainnya).

Disebutkan bahwa ‘Amr bin ‘Āmir Al-Lakhmi, seorang tokoh dari Ma’rib, melihat tanda kehancuran ketika seekor tikus menggali bendungan Ma’rib.
Ia sadar bahwa bendungan itu akan segera roboh. Maka ia pun mengajak keluarganya pergi meninggalkan Yaman.
Suku-suku lain ikut bersamanya, lalu mereka berpencar ke berbagai negeri, sebagaimana disebutkan dalam sejarah.


⚖️ Yang Tinggal dan Yang Pergi

Tidak semua orang Saba’ meninggalkan Yaman.
Hanya sebagian yang keluar — yaitu empat kabilah yang merasa sial karena banjir.
Sedangkan enam kabilah tetap tinggal di Yaman:
Madzhij, Kindah, Anmār, Al-Azd, Al-Asy‘ariyyun, dan Himyar.

Kekuasaan masih dipegang oleh Bani Himyar sampai akhirnya datang pasukan Habasyah di bawah pimpinan Abrahah dan Aryāth, yang menaklukkan Yaman selama 70 tahun.
Namun kemudian, Sayf bin Dzi Yazan, keturunan Himyar, berhasil merebut kembali negeri itu — tak lama sebelum kelahiran Rasulullah ﷺ.


🌙 Islam Datang ke Yaman

Ketika Islam datang, Rasulullah ﷺ mengutus:

  • Ali bin Abi Thalib,

  • Khalid bin Al-Walid,

  • Abu Musa Al-Asy‘ari, dan

  • Mu‘adz bin Jabal

untuk berdakwah di Yaman.
Penduduk Yaman pun menerima Islam dengan hati terbuka.

Meski sempat muncul pemberontak Al-Aswad Al-‘Ansī, akhirnya Yaman kembali stabil pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq رضي الله عنه.


🌾 Pelajaran dari Kisah Saba’

Kisah Saba’ bukan sekadar cerita masa lalu. Ia adalah peringatan dan pelajaran:

“Ketika manusia bersyukur, Allah menambah nikmat.
Tapi ketika mereka kufur, nikmat itu lenyap dan berganti azab.”

Dari kemegahan Saba’, kita belajar bahwa kemakmuran sejati bukanlah pada harta dan kekuasaan, melainkan pada ketaatan kepada Allah.


Sumber : Al Bidayah Wa al Nihayah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nabi Syamuil (Samuel) dan Nabi Dawud : Thalut vs Jalut, Ujian Sungai, dan Kembalinya Tabut Bani Israil

Nabi Ilyas عليه السلام