Rihlah Ibnu Bathutah #8 : Al Qarafah, Nil, dan Piramid
Keberkahan di Pemakaman al-Qarafah
Ketika Ibnu Bathutah menapakkan kaki di Kairo, hatinya terpikat oleh satu tempat yang amat agung — al-Qarafah, pemakaman yang begitu luas dan penuh keberkahan. Ia mendengar dari para ulama dan penduduk bahwa tempat ini merupakan bagian dari Jabal al-Muqaththam, gunung yang dijanjikan Allah akan menjadi salah satu taman dari taman-taman surga.
Di tempat itu, orang-orang Mesir membangun kubah-kubah indah dan mengelilinginya dengan tembok, sehingga tampak seperti rumah-rumah kecil. Banyak keluarga menetap di sekitarnya; mereka menyiapkan rumah bagi para qari’ yang melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an siang dan malam dengan suara yang merdu dan menenangkan jiwa.
Sebagian lainnya mendirikan zawiyah dan madrasah di samping makam para wali dan ulama. Setiap malam Jumat, suasana al-Qarafah menjadi hidup — orang-orang datang bersama istri dan anak-anak mereka, membawa makanan, berziarah, dan berkeliling di antara kubah serta pasar di sekitarnya.
Tempat-Tempat Ziarah yang Mulia
Di antara tempat ziarah yang paling mulia adalah Masyhad al-Husain, tempat disemayamkannya kepala Al-Husain bin Ali — cucu Rasulullah ﷺ yang mulia. Di atasnya berdiri ribat megah dengan arsitektur menakjubkan, dihiasi lingkaran dan lempengan perak di pintu-pintunya. Suasana di sana penuh dengan penghormatan dan kekhusyukan.
Tak jauh dari sana, terdapat makam Sayyidah Nafisah, cicit dari Al-Husain bin Ali. Ia dikenal sebagai wanita salehah yang mustajab doanya. Makamnya bercahaya dan dipenuhi ziarah orang-orang yang berharap berkah dan ketenangan.
Selain itu, Ibnu Bathutah juga mengunjungi makam Imam asy-Syafi’i — seorang ulama besar yang keilmuannya tersebar ke seluruh penjuru dunia Islam. Di atas makamnya berdiri kubah besar yang indah, dibangun dengan sangat teliti dan menjulang tinggi. Di sekitarnya berdiri ribat yang luas dengan wakaf yang nilainya sangat besar.
Di al-Qarafah pula dimakamkan banyak ulama besar dan orang saleh, di antaranya Abdul Rahman bin al-Qasim, Asyhab bin Abdul Aziz, Ashbagh bin al-Faraj, dan para sahabat Imam Malik lainnya. Namun banyak dari mereka tidak dikenal kecuali oleh para pencinta ilmu yang menelusuri jejak mereka.
Ibnu Bathutah teringat ucapan indah Imam asy-Syafi’i:
Kesungguhan dapat mengatasi segala urusan yang mustahil,
Dan kesungguhan dapat membuka setiap pintu yang terkunci.
Kemegahan Sungai Nil
Setelah menikmati suasana religius di al-Qarafah, Ibnu Bathutah menatap ke arah utara — di sanalah mengalir Sungai Nil, kebanggaan Mesir dan anugerah besar dari Allah. Ia mencatat bahwa tidak ada sungai di dunia yang sebanding dengan Nil dalam hal kelezatan air, luas aliran, dan manfaatnya bagi manusia.
Kota-kota dan desa berjejer rapi di sepanjang tepiannya. Di kedua sisinya, lahan pertanian membentang sejauh mata memandang. “Tidak ada sungai,” tulisnya, “yang disebut sebagai laut selain Nil.” Sebagaimana Allah menyebutnya al-yamm dalam kisah Nabi Musa: “Hanyutkanlah ia ke sungai (Nil).” (QS. Al-Qashash: 7).
Ia pun mengingat sabda Rasulullah ﷺ bahwa Nil dan Eufrat termasuk sungai-sungai surga, bersama Saihun dan Jaihun.
Keajaiban Nil semakin terasa ketika airnya naik justru di musim panas, saat sungai lain mengering. Kenaikan airnya dimulai pada bulan Juni. Jika mencapai enam belas hasta, rakyat Mesir bersyukur karena tahun itu menandakan kemakmuran. Namun bila naik terlalu tinggi atau terlalu rendah, mereka bersiap menghadapi bencana dan menunaikan salat istisqa’.
Ketika Nil mencapai wilayah utara Kairo, ia bercabang menjadi tiga. Setiap cabang begitu lebar hingga tidak dapat diseberangi tanpa perahu — baik di musim panas maupun musim dingin. Kanal-kanal mengalir dari Nil menuju ladang-ladang, memberi kehidupan pada setiap sudut Mesir.
Rahasia Piramida dan Kuil Kuno
Tak jauh dari tepi Nil, Ibnu Bathutah mengunjungi piramida-piramida agung di Giza. Ia berdiri terpana memandang ke atas — bangunan batu raksasa yang seolah menantang langit. “Inilah,” tulisnya, “salah satu keajaiban terbesar dunia.”
Penduduk Mesir menyebut bahwa piramida-piramida ini dibangun oleh Khunuj, yaitu Nabi Idris ‘alaihis salam, yang juga dikenal sebagai Hermes Trismegistus. Ia adalah orang pertama yang berbicara tentang pergerakan langit, membangun kuil, dan memuliakan Allah.
Ketika ia mengetahui akan datangnya banjir besar, Nabi Idris khawatir ilmu pengetahuan manusia akan lenyap. Maka ia memerintahkan pembangunan piramida dan barabi (kuil kuno), tempat di mana berbagai ilmu dan keterampilan diukir dan disimpan agar tidak punah.
Pusat ilmu pengetahuan Mesir kala itu adalah kota Memphis, yang berjarak satu barid (sekitar 12 mil) dari Fusthat. Namun setelah Alexandria dibangun, pusat ilmu berpindah ke sana, hingga datangnya Islam, ketika ‘Amr bin al-‘Ash mendirikan kota Fusthat yang kemudian menjadi ibu kota Mesir.
Ibnu Bathutah mencatat kisah menarik yang beredar di kalangan rakyat: seorang raja Mesir sebelum banjir besar bermimpi tentang bencana yang akan datang. Maka ia membangun piramida di barat Nil sebagai gudang ilmu dan tempat peristirahatan para raja. Ketika membangunnya, ia menulis prasasti di batu:
“Kami membangun piramida ini dalam enam puluh tahun.
Barangsiapa ingin merobohkannya, lakukanlah dalam enam ratus tahun,
sebab merobohkan lebih mudah daripada membangun.”
Berabad-abad kemudian, Khalifah al-Ma’mun dari Bani Abbasiyah mencoba membuka piramida itu. Para tetua Mesir menasihatinya agar mengurungkan niat, tetapi ia bersikeras. Dengan api dan cuka, mereka melubangi sisi utara hingga terbentuklah jalan masuk yang masih terlihat sampai kini.
Anehnya, ketika mereka menemukan harta di dalamnya, jumlahnya tepat sama dengan biaya yang dikeluarkan untuk membukanya. Dindingnya pun tebal — mencapai dua puluh hasta. Hal ini membuat sang khalifah takjub akan kebesaran dan misteri yang tersimpan dalam karya manusia masa lampau itu.
Penutup
Demikianlah kisah Ibnu Bathutah tentang Mesir — negeri para nabi, ulama, dan peradaban agung. Dari pemakaman al-Qarafah yang penuh berkah, Sungai Nil yang menakjubkan, hingga piramida-piramida yang menyimpan rahasia zaman purba, semuanya memperlihatkan kebesaran Allah dan keagungan ciptaan-Nya.
📚 Sumber :
Tuḥfat an-Nuẓẓār fī Gharāʾib al-Amṣār wa ʿAjāʾib al-Asfār



Komentar
Posting Komentar