Pembelahan Dada Nabi Muhammad ﷺ
Masa Kecil di Perkampungan Bani Sa‘ad
Setelah Halimah as-Sa‘diyah membawa bayi Muhammad ﷺ ke perkampungan Bani Sa‘ad, kehidupannya berubah penuh berkah. Kambing-kambing mereka gemuk, dan air susu Halimah pun tak pernah habis. Hingga beberapa bulan setelahnya, terjadilah sebuah peristiwa besar yang kelak dikenang sepanjang sejarah kenabian.
Suatu hari, ketika Muhammad kecil sedang bermain di belakang rumah bersama saudara sepersusuannya, tiba-tiba anak Halimah yang lain berlari-lari ke rumah sambil berteriak ketakutan:
“Ibu! Saudaraku yang dari Quraisy itu didatangi dua orang berpakaian putih! Mereka membaringkannya dan membelah perutnya!”
Mendengar itu, Halimah dan suaminya segera berlari. Mereka menemukan Muhammad kecil berdiri pucat, tetapi tenang. Halimah segera memeluknya, sedangkan suaminya bertanya lembut:
“Wahai anakku, apa yang terjadi padamu?”
Muhammad kecil menjawab polos:
“Aku didatangi dua orang laki-laki berpakaian putih. Mereka membaringkanku, membelah perutku, dan mengeluarkan sesuatu dari dalamnya. Aku tidak tahu apa itu. Setelah itu, mereka menutupkannya kembali seperti semula.”
Kekhawatiran Halimah dan Kepulangan ke Makkah
Halimah dan suaminya sangat khawatir. Mereka takut ada sesuatu yang buruk menimpa anak yang begitu mereka cintai itu. Akhirnya, Halimah memutuskan untuk mengembalikan Muhammad kecil kepada ibunya, Aminah, di Makkah.
Aminah terkejut melihat mereka datang lebih awal.
“Wahai Halimah, apa yang membuatmu membawanya kembali? Bukankah dulu engkau sangat gembira dan ingin dia terus bersamamu?”
Halimah menjawab pelan, berusaha menutupi kegelisahannya:
“Aku sudah menunaikan kewajibanku, dan Allah telah menyempurnakan tugas untuk anak ini. Aku khawatir terjadi sesuatu padanya.”
Namun Aminah, seorang ibu yang cerdas, tahu ada sesuatu yang disembunyikan. Ia mendesak Halimah hingga akhirnya Halimah menceritakan seluruh kejadian.
Aminah tersenyum tenang dan berkata:
“Apakah engkau takut ia diganggu setan? Sekali-kali tidak, demi Allah! Setan tidak memiliki kekuasaan atasnya. Anakku ini memiliki urusan besar dalam hidupnya. Saat aku mengandungnya, aku melihat cahaya keluar dariku menerangi istana-istana Bashra di Syam. Kehamilanku begitu ringan, dan ketika ia lahir, kedua tangannya menyentuh tanah sementara kepalanya terangkat ke langit. Pulanglah, wahai Halimah, dengan hati tenang.”
Kesaksian Rasulullah ﷺ tentang Peristiwa Itu
Bertahun-tahun kemudian, ketika beliau telah menjadi Rasul Allah, para sahabat bertanya,
“Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepada kami tentang diri Anda.”
Beliau bersabda:
“Aku adalah doa Nabi Ibrahim dan kabar gembira dari Isa. Ibuku melihat, ketika mengandungku, cahaya keluar darinya menerangi istana-istana Syam.
Aku disusukan di kabilah Bani Sa‘ad bin Bakr. Saat aku sedang menggembala kambing bersama saudaraku, datang dua orang laki-laki membawa baskom emas berisi salju. Mereka membelah dadaku, mengeluarkan jantungku, lalu mengeluarkan segumpal darah hitam darinya seraya berkata: ‘Inilah bagian setan darinya.’
Setelah mencucinya dengan salju, mereka menimbangku dengan sepuluh orang dari umatku — aku lebih berat. Dengan seratus orang — aku tetap lebih berat. Dengan seribu orang — aku pun masih lebih berat. Maka dikatakan, ‘Seandainya ia ditimbang dengan seluruh umatnya, niscaya dia lebih berat dari mereka semua.’”
Kedua malaikat itu adalah Jibril dan Mikail ‘alaihimas-salām.
Anas bin Malik yang meriwayatkan kisah ini berkata,
“Aku pernah melihat bekas jahitan di dada beliau.”
Makna dan Hikmah Peristiwa Pembelahan Dada
Peristiwa agung ini bukan hanya terjadi sekali.
Para ulama menyebutkan bahwa pembelahan dada Nabi ﷺ terjadi tiga kali:
Saat beliau masih kecil di Bani Sa‘ad — untuk membersihkan hatinya dari “bagian setan”.
Saat beliau diangkat menjadi Nabi — sebagai persiapan menerima wahyu.
Saat peristiwa Isra’ dan Mi‘raj — untuk menerima limpahan rahmat dan penyingkapan tanda-tanda kebesaran Allah.
Maknanya sangat dalam:
Hati Nabi ﷺ dibersihkan dan disucikan agar layak menjadi wadah wahyu.
Dengan demikian, beliau tumbuh sebagai manusia paling sempurna, tidak dikuasai hawa nafsu, dan selalu berada dalam bimbingan ilahi sejak kecil.
📚 Sumber
السيرة النبوية في ضوء القرآن والسنة

Komentar
Posting Komentar