Nabi Ilyasa dan Prahara Bani Israil
Kemuliaan Sang Nabi dalam Al-Qur'an
Kisah ini bermula dari penyebutan nama yang mulia di dalam kitab suci. Allah SWT telah mengabadikan nama Nabi Ilyasa bersama para nabi pilihan lainnya. Di dalam Al-Qur'an, Allah memuji kedudukannya sebagai sosok yang dilebihkan derajatnya dan termasuk golongan orang-orang terbaik
وَإِسْمَاعِيلَ وَالْيَسَعَ وَيُونُسَ وَلُوطًا وَكُلًّا فَضَّلْنَا عَلَى الْعَالَمِينَ
"Dan (demikian pula) Ismail, Yasa', Yunus, dan Luth. Semua mereka telah Kami lebihkan atas umat-umat (pada masa masing-masing)."
.
Dan dalam Surah Shad:
وَاذْكُرْ إِسْمَاعِيلَ وَالْيَسَعَ وَذَا الْكِفْلِ وَكُلٌّ مِنَ الْأَخْيَارِ
"Dan ingatlah akan Ismail, Yasa', dan Dzulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik."
.
Garis Keturunan dan Masa Muda
Siapakah sosok mulia ini? Para ahli sejarah menyebutkan bahwa beliau adalah Ilyasa bin Akhthub
Ketika tugas Nabi Ilyas di dunia telah usai dan Allah mengangkatnya ke langit, tongkat estafet dakwah tidak serta merta jatuh ke tanah
Sepeninggal Nabi Ilyasa, awan gelap kembali menyelimuti Bani Israil. Muncul generasi pengganti yang buruk perilakunya
Di tengah masa kelam ini, tersebutlah kisah tentang seorang raja yang sangat zalim, keras kepala, dan melampaui batas
Hilangnya Tabut dan Kehancuran Moral
Puncak kehinaan Bani Israil terjadi di medan perang. Dahulu, setiap kali mereka berperang melawan musuh, mereka selalu membawa Tabut Perjanjian (peti suci peninggalan Nabi Musa dan Harun)
Namun, karena dosa-dosa mereka yang menumpuk, perlindungan itu dicabut. Allah menguasakan musuh-musuh dari bangsa lain untuk menyerang mereka
Kabar hilangnya Tabut ini menjadi pukulan yang sangat mematikan. Ketika Raja Bani Israil saat itu mendengar bahwa Tabut telah dirampas musuh, ia sangat syok hingga lehernya miring dan seketika meninggal dunia karena kesedihan yang mendalam
Menanti Cahaya Baru (Nabi Samuel)
Pasca peristiwa tragis itu, Bani Israil hidup terlunta-lunta bagaikan kawanan domba tanpa penggembala
Kepada Nabi Syamwil inilah Bani Israil kemudian memohon agar diangkatkan seorang raja bagi mereka, supaya mereka dapat kembali berperang di jalan Allah dan melawan musuh-musuh mereka
Sumber Referensi:
Kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah

Komentar
Posting Komentar