Masa Tumbuh dan Pemeliharaan Rasulullah ﷺ
Bagaimana Allah Menjaga dan Memuliakan Kekasih-Nya Sejak Kecil
Sejak masa kecilnya, Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wasallam hidup di bawah penjagaan dan pemeliharaan Allah. Beliau tumbuh jauh dari kotoran moral dan kebiasaan buruk masyarakat jahiliah. Allah telah menyiapkan beliau untuk kemuliaan yang agung: menjadi Rasul terakhir bagi seluruh umat manusia.
Ketika tumbuh dewasa, beliau dikenal sebagai orang yang paling utama di antara kaumnya — paling baik akhlaknya, paling jujur lisannya, paling amanah, paling lembut hatinya, dan paling mulia dalam keturunan. Semua orang mengenalnya dengan satu gelar yang sangat dihormati: Al-Amīn — “Orang yang Terpercaya.”
Perlindungan Allah di Masa Kecil
Suatu hari, ketika beliau masih kecil, Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bermain bersama anak-anak Quraisy. Mereka mengangkat batu besar untuk permainan anak-anak, dan karena panasnya batu, mereka menanggalkan pakaian hingga tubuh mereka terbuka. Rasulullah pun ikut, tetapi tiba-tiba ada sesuatu yang memukulnya dengan keras, hingga beliau terjatuh. Lalu terdengar suara yang memerintah,
“Ikatlah kainmu!”
Beliau segera mengikat kainnya rapat-rapat, dan sejak itu tidak pernah lagi menanggalkan pakaian seperti teman-temannya. Sejak kecil Allah telah menjaga kehormatan beliau, bahkan dalam perkara kecil seperti itu.
Ketika Membangun Ka‘bah
Beberapa tahun kemudian, ketika orang-orang Quraisy membangun kembali Ka‘bah, Rasulullah ikut membantu bersama pamannya, Al-‘Abbās. Mereka berdua memindahkan batu-batu besar. Al-‘Abbās menyarankan,
“Letakkan kainmu di pundakmu, agar tidak terluka.”
Beliau pun melakukannya, tetapi tiba-tiba terjatuh dan pingsan sesaat. Saat tersadar, pandangan beliau tertuju ke langit, dan beliau berkata dengan tegas,
“Kainku! Aku tidak akan telanjang!”
Al-‘Abbās kemudian berkata, “Aku tahu bahwa Allah sedang menjaganya. Sejak itu, beliau tidak pernah lagi berjalan tanpa penutup.”
Terjaga dari Godaan Jahiliah
Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam menceritakan bahwa sebelum diangkat menjadi Nabi, beliau tak pernah ikut dalam kesenangan jahiliah.
Suatu malam, beliau berkata kepada seorang teman penggembala,
“Jagalah kambingku, aku ingin ke Makkah bersenang-senang seperti para pemuda lainnya.”
Beliau pun berangkat. Namun ketika sampai di Makkah, beliau mendengar suara rebana dan nyanyian dari sebuah rumah. Saat bertanya, mereka menjawab,
“Si Fulan menikah dengan Si Fulanah.”
Beliau duduk sejenak mendengarkan, lalu tertidur sangat lelap hingga matahari terbit. Keesokan malamnya, kejadian serupa terjadi lagi, dan lagi-lagi beliau tertidur hingga pagi. Setelah dua malam itu, beliau berkata:
“Demi Allah, setelah dua malam itu aku tidak pernah lagi berniat melakukan hal seperti itu, sampai Allah memuliakanku dengan kenabian.”
Allah benar-benar menjaga hatinya dari segala bentuk maksiat, bahkan sebelum beliau diangkat menjadi Rasul.
Tidak Pernah Menyentuh Berhala
Salah satu sahabat dekat beliau, Zaid bin Hārithah, menceritakan bahwa ketika orang-orang thawaf di sekitar Ka‘bah, mereka biasa menyentuh berhala dari tembaga bernama Isāf dan Nā’ilah.
Zaid berkata, “Aku thawaf bersama Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam. Ketika melewati berhala itu, aku menyentuhnya seperti kebiasaan orang-orang.”
Rasulullah menegurnya,
“Jangan sentuh itu!”
Namun Zaid mencoba lagi untuk melihat apa yang terjadi, dan sekali lagi Rasulullah berkata tegas,
“Bukankah aku sudah melarangmu?”
Zaid kemudian bersumpah,
“Demi Allah yang memuliakannya dan menurunkan Kitab kepadanya, beliau tidak pernah menyentuh berhala sama sekali.”
Dijauhkan dari Majelis Syirik
Diriwayatkan pula bahwa sebelum diangkat menjadi Nabi, beliau pernah hadir dalam pertemuan orang-orang Quraisy. Namun pada suatu ketika, dua malaikat berkata satu sama lain,
“Bagaimana kita bisa mendekatinya, sedangkan ia terbiasa menyentuh berhala?”
Sejak saat itu, beliau tidak lagi menghadiri pertemuan orang musyrik. Allah membersihkan beliau dari segala kebiasaan syirik dan menjaga hati beliau tetap suci.
Haji Sebelum Diutus Menjadi Nabi
Bahkan sebelum turunnya wahyu, beliau shallallāhu ‘alaihi wasallam telah mengikuti wuqūf di Arafah bersama orang-orang Quraisy — sesuatu yang tidak dilakukan oleh sebagian kelompok Quraisy yang merasa lebih tinggi dari jamaah lainnya (al-Hums).
Sahabat Jubair bin Muth‘im menceritakan,
“Aku melihat Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam berwuqūf di atas untanya bersama orang-orang di Arafah. Aku heran, karena orang Quraisy biasanya tidak berwuqūf di sana. Namun ternyata itu adalah taufik dan petunjuk Allah untuk beliau.”
Allah telah menanamkan dalam hati beliau fitrah yang lurus, bahkan sebelum diangkat menjadi Rasul.
Penutup
Sejak kecil hingga dewasa, Allah telah memelihara, menjaga, dan menyiapkan Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam untuk tugas yang agung: menjadi pembawa cahaya bagi seluruh manusia.
Beliau lahir sebagai yatim, namun Allah memberinya tempat tinggal.
Beliau tumbuh tanpa harta, namun Allah memberinya kecukupan.
Dan beliau hidup di tengah kegelapan jahiliah, namun Allah menjaganya tetap bersih dan suci.
📚 Sumber kisah: Al-Bidāyah wa an-Nihāyah

Komentar
Posting Komentar