Kisah Nabi Isa bin Maryam AS: Sejarah, Mukjizat, dan Kabar Gembira tentang Nabi Muhammad SAW

Ilustrasi sinematik kisah Nabi Isa bin Maryam: malam di Betlehem dengan siluet Baitul Maqdis, Maryam berkerudung menggendong bayi bercahaya di bawah pohon kurma, serta bayangan perjalanan ke Mesir dengan keledai di gurun; wajah tokoh tidak tampak, suasana hangat dan khusyuk.

Kelahiran Isa dan Tanda-Tanda Besar

Nabi Isa ‘alaihissalām adalah putra Maryam, seorang wanita mulia dan suci yang dipilih Allah. Ia dilahirkan tanpa ayah, sebagai tanda besar kekuasaan Allah atas manusia.

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa tempat kelahiran Isa adalah Bait Lahm (Betlehem), sebuah daerah dekat Baitul Maqdis. Ada riwayat yang menyebut beliau lahir di Mesir, namun riwayat itu dinilai tidak sahih. Pendapat yang kuat: beliau lahir di sekitar Baitul Maqdis.

Sebagian riwayat yang dinukil ulama menyebut bahwa pada hari kelahiran Isa, banyak berhala di timur dan barat bumi berjatuhan. Para setan bingung dan saling bertanya-tanya tentang sebabnya, hingga Iblis yang besar memberitahu bahwa telah lahir seorang nabi agung, Isa bin Maryam. Mereka mendapati Isa di pangkuan ibunya, dikelilingi para malaikat. Disebut pula pada malam itu tampak sebuah bintang besar muncul di langit. Seorang raja Persia merasa cemas melihat bintang itu, lalu ia bertanya kepada para pendeta. Mereka mengatakan bahwa itu adalah tanda kelahiran seorang tokoh besar di muka bumi.

Raja kemudian mengutus beberapa orang membawa emas, mur (myrrh), dan kemenyan sebagai hadiah bagi bayi tersebut. Para utusan berangkat ke wilayah Syam. Di sana, raja setempat menanyai mereka dan mencari tahu lebih jauh. Ia mendengar kabar bahwa di sekitar Baitul Maqdis memang baru lahir seorang anak bernama Isa bin Maryam, dan berita tentangnya telah tersebar luas karena ia pernah berbicara di masa buaian untuk membela kehormatan ibunya.

Namun di balik semua ini, ada niat jahat. Sebagian penguasa ingin menjadikan peristiwa itu sebagai jalan untuk membunuh Isa kecil. Allah pun menjaga Isa dengan cara-cara yang lembut dan tersembunyi.


Pelarian ke Mesir

Tatkala para utusan datang kepada Maryam membawa hadiah, lalu kembali, dikabarkan kepada Maryam bahwa sesungguhnya kedatangan mereka adalah bagian dari upaya mencari kesempatan untuk membunuh anaknya.

Maryam pun segera menggendong Isa dan pergi meninggalkan wilayah itu menuju Mesir. Ia tinggal bersama Isa di Mesir hingga anak itu berusia sekitar dua belas tahun. Di negeri asing ini, sejak kecil, tampak pada diri Isa berbagai tanda karamah dan mukjizat.

Tentang pemeliharaan Allah kepada Maryam dan Isa di sebuah tempat yang aman, Allah berfirman:

﴿وَجَعَلْنَا ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ آيَةً وَآوَيْنَاهُمَا إِلَىٰ رَبْوَةٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَمَعِينٍ﴾
“Dan Kami jadikan anak Maryam (Isa) dan ibunya sebagai suatu tanda (kekuasaan Kami), dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar, yang di sana terdapat tempat tinggal dan sumber air yang mengalir.”
(QS. al-Mu’minūn: 50)

Para ulama berbeda pendapat tentang makna rabwah (tanah tinggi) dalam ayat ini. Sebagian mengatakan, itu adalah tempat Maryam melahirkan Isa, dekat Baitul Maqdis, yang di sana terdapat pohon kurma dan aliran air kecil. Sebagian lain mengatakan, rabwah itu berada di Mesir, atau kota Ramleh, atau sebuah daerah yang sifatnya mirip lembah-lembah subur di sekitar Damaskus. Allah-lah yang lebih mengetahui. Yang jelas, Allah melindungi Maryam dan Isa di tempat yang tinggi, aman untuk ditinggali, dan kaya dengan sumber air yang mengalir.


Mukjizat Isa Kecil di Mesir

Kisah Harta yang Hilang

Di Mesir, Maryam dan Isa pernah menginap di rumah seorang kepala kampung yang dermawan. Rumah itu menjadi tempat singgah bagi orang-orang fakir, lemah, dan sangat membutuhkan.

Suatu hari, pemilik rumah kehilangan sejumlah harta. Ia bingung, karena semua penghuni rumah adalah orang-orang fakir dan lemah. Menuduh mereka tanpa bukti sangat memberatkannya. Peristiwa itu menimbulkan kesedihan dan kegelisahan bagi pemilik rumah, tamu-tamu, bahkan Maryam sendiri merasa berat dan malu karena mereka menjadi tamu di rumah itu.

Isa yang masih kecil menyaksikan semua kegelisahan ini. Ia kemudian mendatangi dua orang di rumah tersebut: seorang laki-laki buta dan seorang laki-laki lumpuh, yang selama ini tinggal di rumah itu dan menggantungkan hidup pada pemilik rumah.

Isa berkata kepada si buta, “Angkatlah orang lumpuh ini dan berdirilah sambil menggendongnya.”

Si buta menjawab, “Aku tidak mampu.”

Isa berkata, “Sungguh engkau mampu, sebagaimana dulu kamu dan dia melakukannya ketika kalian berdua mengambil harta itu dari lubang di dinding rumah ini.”

Tersingkaplah rahasia mereka. Keduanya menyadari bahwa Allah telah membongkar perbuatan mereka melalui lisan Isa kecil. Akhirnya, mereka mengakui perbuatan itu dan mengembalikan harta tersebut. Sejak itu, kedudukan Isa menjadi agung di mata manusia, padahal usianya masih sangat muda.

Kisah Kendi-Kendi Kosong

Dalam kesempatan lain, putra kepala kampung tersebut mengadakan jamuan. Anak-anaknya baru disunat, dan sebagai bentuk syukur, ia mengundang banyak orang. Ia menyuguhkan makanan dan bermaksud memberi mereka minum dengan khamar, sebagaimana kebiasaan mereka ketika itu.

Setelah makanan dihidangkan, tibalah saatnya mengeluarkan minuman. Ketika tuan rumah membuka kendi-kendi minuman, ternyata semuanya kosong. Ia sangat malu dan gelisah di hadapan para tamu.

Isa melihat kegelisahan itu. Ia bangkit mendekati deretan kendi, lalu berjalan di hadapannya satu per satu. Setiap kali ia mengusap mulut sebuah kendi dengan tangannya, kendi itu seketika penuh dengan minuman yang lezat.

Orang-orang menyaksikan kejadian itu dengan rasa takjub dan kagum yang mendalam. Mereka memuliakan Isa dan menawarkan hadiah berupa harta yang banyak kepada Isa dan Maryam. Namun keduanya menolak. Mereka memilih meninggalkan Mesir, dan berangkat menuju Baitul Maqdis.


Isa Kecil dan Ilmu yang Diilhamkan

Sebagian riwayat menyatakan bahwa ketika Isa berumur sekitar tujuh tahun, Maryam memasukkannya ke sebuah kuttāb, tempat anak-anak belajar membaca dan menulis.

Guru mengajarkan huruf-huruf dengan susunan abjad. Isa bertanya, “Apa makna huruf-huruf ini?” Gurunya menjawab, “Aku tidak tahu.” Isa pun berkata, “Bagaimana engkau mengajariku sesuatu yang engkau sendiri tidak mengetahui maknanya?”

Dalam lanjutan riwayat, Isa lalu memberikan makna-makna luhur untuk beberapa huruf, dengan menghubungkannya pada keagungan Allah. Meskipun banyak jalur riwayat tentang kisah ini yang dinilai lemah atau batil oleh para ahli hadits, ia menggambarkan sebuah hal penting: Isa diberi kecerdasan dan pemahaman yang luar biasa sejak usia dini.

Ada juga riwayat yang menggambarkan Isa bermain bersama anak-anak kecil. Ia berkata kepada salah seorang dari mereka, “Maukah aku beritahu apa yang ibumu sembunyikan untukmu di rumah?” Ketika ia menyebutkan dengan tepat makanan yang disembunyikan sang ibu, anak itu pulang dan menuntut ibunya mengeluarkan makanan tersebut. Sang ibu terkejut dan bertanya, “Siapa yang memberitahumu?” Ia menjawab, “Isa bin Maryam.”

Orang-orang mulai risau. Mereka berkata bahwa jika anak-anak dibiarkan terus bermain dengan Isa, setiap rahasia rumah dapat terbongkar. Mereka lalu mengurung anak-anak di sebuah rumah. Ketika Isa mencari mereka, orang-orang berbohong dan mengatakan bahwa suara itu hanyalah suara kera dan babi. Dalam sebagian riwayat disebutkan, Isa pun mendoakan agar mereka benar-benar menjadi seperti itu, lalu mereka dirubah rupanya. Riwayat-riwayat seperti ini dinukil sebagai bagian dari kisah-kisah Bani Israil (Isra’iliyyat); ia bukan dasar akidah, namun menggambarkan betapa sebagian Bani Israil sangat lancang bertingkah terhadap nabi mereka.


Kembali ke Baitul Maqdis dan Penurunan Injil

Setelah beberapa lama di Mesir, Allah memerintahkan Maryam dan Isa kembali ke tanah suci. Riwayat dari Wahb bin Munabbih menyebut bahwa ketika Isa berumur sekitar tiga belas tahun, Allah memerintahkannya kembali dari Mesir ke Bayt Iliyā, yaitu wilayah Baitul Maqdis. Seorang kerabat Maryam bernama Yusuf menjemput mereka, mengangkat Maryam dan Isa di atas seekor keledai, dan membawa mereka hingga tiba kembali di Baitul Maqdis.

Mereka pun menetap di sana. Di tempat inilah Isa diangkat menjadi rasul, dan Allah mengajarinya Kitab, Hikmah, Taurat, dan Injil, serta memberinya mukjizat-mukjizat besar sebagaimana diabadikan dalam al-Qur’an:

﴿وَيُعَلِّ��ُهُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ ۝ وَرَسُولًا إِلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنِّي قَدْ جِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ أَنِّي أَخْلُقُ لَكُمْ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ فَأَنفُخُ فِيهِ فَيَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِ اللَّهِ ۖ وَأُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ وَأُحْيِي الْمَوْتَىٰ بِإِذْنِ اللَّهِ ۖ وَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا تَأْكُلُونَ وَمَا تَدَّخِرُونَ فِي بُيُوتِكُمْ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ﴾
“Dan Allah akan mengajarkannya (Isa) Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil, dan (Dia menjadikannya) Rasul kepada Bani Israil (dengan firman-Nya), ‘Sesungguhnya aku telah datang kepada kalian dengan membawa suatu tanda dari Tuhan kalian, yaitu aku membuat untuk kalian dari tanah (sesuatu) yang bentuknya seperti burung; lalu aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan izin Allah. Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan orang yang berpenyakit sopak. Dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah. Dan aku kabarkan kepada kalian apa yang kalian makan dan apa yang kalian simpan di rumah-rumah kalian. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebenaran risalahku) bagi kalian jika kalian benar-benar orang-orang beriman.’”
(QS. Ali Imran: 48–49)

Sebagian atsar menyebut bahwa Taurat diturunkan kepada Musa, kemudian beberapa ratus tahun setelahnya Zabur diturunkan kepada Dawud. Seribu tahun lebih kemudian, Injil diturunkan kepada Isa bin Maryam, dan akhirnya al-Furqan (al-Qur’an) diturunkan kepada Muhammad ﷺ. Keempat kitab besar ini dikaitkan dengan bulan Ramadan.

Tentang al-Qur’an, Allah berfirman:

﴿شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ﴾
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).”
(QS. al-Baqarah: 185)

Sebagian ahli sejarah menyebut bahwa Injil diturunkan ketika Isa berusia sekitar tiga puluh tahun, dan bahwa beliau diangkat ke langit pada usia sekitar tiga puluh tiga tahun.


Menghidupkan Orang Mati dengan Izin Allah

Selain menyembuhkan orang buta sejak lahir dan penderita kusta, Isa juga diberi mukjizat untuk menghidupkan orang mati dengan izin Allah.

Ibnu Katsir menukil kisah tentang seorang wanita yang duduk di sisi sebuah kubur sambil menangis. Ketika Isa melewati tempat itu, ia bertanya, “Wahai wanita, mengapa engkau duduk di sini sambil menangis?” Wanita itu menjawab bahwa ia memiliki seorang putri, satu-satunya anaknya, yang telah meninggal. Ia bernazar tidak akan meninggalkan tempat itu sampai ia merasakan sendiri kematian sebagaimana anaknya merasakannya, atau Allah menghidupkan kembali putrinya agar ia dapat memandangnya sekali lagi.

Isa berkata, “Jika engkau dapat melihat putrimu kembali, maukah engkau pulang?” Wanita itu menjawab, “Ya.”

Isa lalu shalat dua rakaat, kemudian duduk di sisi kubur dan memanggil, “Wahai fulanah, bangkitlah dengan izin Tuhan Yang Maha Pengasih!” Kubur itu bergerak, kemudian terbelah. Sang putri keluar sambil menyingkirkan tanah dari kepalanya. Ia menceritakan bahwa ketika seruan pertama datang, Allah mengutus malaikat yang menyusun kembali tubuhnya. Pada seruan kedua, ruhnya dikembalikan. Saat mendengar seruan ketiga, ia menyangka itu adalah tiupan sangkakala hari kiamat, sehingga karena dahsyatnya rasa takut, rambut dan bulu matanya memutih.

Sang putri kemudian menasihati ibunya agar bersabar dan rela menerima kematian yang telah ditakdirkan, dan mengatakan bahwa ia tidak lagi membutuhkan dunia. Ia meminta kepada Isa agar berdoa kepada Allah supaya ia dikembalikan ke alam akhirat dan diringankan sakaratul mautnya. Isa pun berdoa, dan Allah mematikannya kembali, lalu kubur tersebut kembali tertutup seperti semula.

Riwayat-riwayat lain menyebut bahwa Bani Israil pernah meminta Isa untuk menghidupkan Sam bin Nuh, dan bahwa ia juga pernah menghidupkan seorang raja dari kalangan mereka. Walaupun derajat riwayat-riwayat ini beragam, al-Qur’an sendiri telah menegaskan bahwa Isa mengeluarkan orang mati dari kuburnya dengan izin Allah.


Nikmat-Nikmat Allah kepada Isa dan Maryam

Semua nikmat besar yang diberikan kepada Isa dan Maryam ini dirangkum Allah dalam satu rangkaian ayat yang indah:

﴿إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ اذْكُرْ نِعْمَتِي عَلَيْكَ وَعَلَىٰ وَالِدَتِكَ إِذْ أَيَّدْتُكَ بِرُوحِ الْقُدُسِ تُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلًا ۖ وَإِذْ عَلَّمْتُكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ ۖ وَإِذْ تَخْلُقُ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ بِإِذْنِي فَتَنفُخُ فِيهَا فَتَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِي ۖ وَتُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ بِإِذْنِي ۖ وَإِذْ تُخْرِجُ الْمَوْتَىٰ بِإِذْنِي ۖ وَإِذْ كَفَفْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَنكَ إِذْ جِئْتَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ إِنْ هَٰذَا إِلَّا سِحْرٌ مُبِينٌ ۝ وَإِذْ أَوْحَيْتُ إِلَى الْحَوَارِيِّينَ أَنْ آمِنُوا بِي وَبِرَسُولِي قَالُوا آمَنَّا وَاشْهَدْ بِأَنَّنَا مُسْلِمُونَ﴾
“(Ingatlah), ketika Allah berfirman, ‘Wahai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu, ketika Aku menguatkanmu dengan Ruhul Qudus; engkau berbicara kepada manusia dalam buaian dan ketika dewasa. Dan (ingatlah) ketika Aku mengajarmu Kitab, Hikmah, Taurat, dan Injil. Dan (ingatlah) ketika engkau membuat dari tanah (sesuatu) yang berupa bentuk burung dengan izin-Ku, lalu engkau meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan izin-Ku. Dan (ingatlah) ketika engkau menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan orang yang berpenyakit sopak dengan izin-Ku. Dan (ingatlah) ketika engkau mengeluarkan orang mati (dari kubur) dengan izin-Ku. Dan (ingatlah) ketika Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan jahat mereka) terhadapmu ketika engkau datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata, “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.” Dan (ingatlah) ketika Aku mewahyukan kepada al-Hawariyyin, “Berimanlah kalian kepada-Ku dan kepada Rasul-Ku.” Mereka menjawab, “Kami beriman, dan saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang Muslim (yang berserah diri).”’
(QS. al-Ma’idah: 110–111)


Hawariyyun: Penolong-penolong Isa

Allah tidak hanya memberi Isa mukjizat, tetapi juga menolongnya dengan menghadirkan para murid yang setia, yang dikenal sebagai al-Hawariyyun. Mereka adalah orang-orang beriman yang membela dan membantu dakwah Isa, menyeru manusia kepada tauhid: beribadah hanya kepada Allah semata.

Ketika Isa merasakan bahwa kebanyakan kaumnya tetap berada dalam kekafiran, ia berkata:

﴿فَلَمَّا أَحَسَّ عِيسَىٰ مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ ۖ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّنَا مُسْلِمُونَ ۝ رَبَّنَا آمَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ ۝ وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ﴾
“Maka ketika Isa merasakan adanya kekafiran dari mereka (Bani Israil), ia berkata, ‘Siapakah penolong-penolongku (dalam menyampaikan agama ini) kepada Allah?’ Para hawariyyun menjawab, ‘Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang Muslim. Wahai Rabb kami, kami beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan kami mengikuti Rasul (Mu); maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi.’ Mereka (orang-orang kafir) melakukan tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.”
(QS. Ali Imran: 52–54)

Di tempat lain, Allah memerintahkan orang-orang beriman agar meneladani para hawariyyun:

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا أَنْصَارَ اللَّهِ كَمَا قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيِّينَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ ۖ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ فَآمَنَتْ طَائِفَةٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَكَفَرَتْ طَائِفَةٌ ۖ فَأَيَّدْنَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَىٰ عَدُوِّهِمْ فَأَصْبَحُوا ظَاهِرِينَ﴾
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian penolong-penolong (agama) Allah, sebagaimana Isa putra Maryam berkata kepada para hawariyyun, ‘Siapakah penolong-penolongku (dalam menyampaikan agama ini) kepada Allah?’ Para hawariyyun menjawab, ‘Kamilah penolong-penolong (agama) Allah.’ Lalu segolongan dari Bani Israil beriman, dan segolongan (lain) kafir. Maka Kami beri kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, sehingga mereka menjadi orang-orang yang tampak menang.”
(QS. as-Saff: 14)


Fitnah Bani Israil dan Upaya Penyaliban

Sejak awal, banyak orang Yahudi tidak menyukai Isa dan ibunya. Mereka memfitnah Maryam dengan tuduhan keji, sehingga Allah berfirman:

﴿وَبِكُفْرِهِمْ وَقَوْلِهِمْ عَلَىٰ مَرْيَمَ بُهْتَانًا عَظِيمًا﴾
“Dan (Kami laknat mereka) karena kekafiran mereka dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan tuduhan yang besar (zina).”
(QS. an-Nisa: 156)

Mereka juga menuduh Isa sebagai “anak perempuan pezina”. Padahal mereka telah menyaksikan berbagai mukjizatnya, namun tetap menolak beriman. Mereka kemudian mengadu kepada penguasa, menuduh Isa mengacau keamanan dan mengancam kekuasaan.

Rencana jahat untuk membunuh dan menyalib Isa pun disusun. Tetapi Allah menyelamatkan Isa dengan cara yang tidak mereka sangka. Menurut penjelasan banyak ulama, Isa diangkat ke langit, sementara salah seorang dari mereka – atau salah seorang muridnya yang berkhianat – dibuat wajahnya menyerupai Isa, lalu dialah yang tertangkap, dibunuh, dan disalib. Orang-orang mengira bahwa ia adalah Isa, padahal bukan.

Allah berfirman:

﴿وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ﴾
“Mereka (orang-orang kafir) melakukan tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.”
(QS. Ali Imran: 54)

Juga firman-Nya:

﴿وَقَوْلِه��مْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ ۖ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَٰكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ … بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا﴾
“Dan karena ucapan mereka, ‘Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah.’ Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh itu) diserupakan bagi mereka (dengan Isa)… Sebenarnya Allah telah mengangkatnya kepada-Nya. Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”
(QS. an-Nisa: 157–158)

Dan Allah berfirman:

﴿إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَىٰ إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ﴾
“(Ingatlah) ketika Allah berfirman, ‘Wahai Isa, sesungguhnya Aku akan mewafatkanmu dan mengangkatmu kepada-Ku, dan membersihkanmu dari orang-orang kafir, serta menjadikan orang-orang yang mengikutimu di atas orang-orang kafir hingga hari Kiamat.’”
(QS. Ali Imran: 55)

Sejak saat itu, posisi orang-orang yang benar-benar mengikuti Isa berada di atas orang-orang kafir hingga hari Kiamat. Yang paling benar mengikuti Isa adalah mereka yang menyakini bahwa Isa adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, bukan Tuhan, bukan anak Tuhan. Inilah keyakinan umat Muhammad ﷺ.


Dialog Isa dengan Iblis: Jangan Menguji Allah

Beberapa atsar yang dinukil Ibnu Katsir menggambarkan godaan Iblis terhadap Isa. Dalam salah satu kisah, Iblis datang dan berkata, “Bukankah engkau mengakui bahwa tidak akan menimpamu kecuali apa yang telah ditetapkan untukmu? Kalau begitu, jatuhkanlah dirimu dari puncak gunung ini. Lihatlah apakah engkau akan hidup atau mati; keduanya tak lain hanyalah takdir.”

Isa menjawab dengan makna bahwa seorang hamba tidak boleh menguji Rabbnya. Justru Rabb-lah yang menguji hamba. Allah melarang seorang hamba untuk meminta kebinasaan dirinya, dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.

Dalam riwayat lain, Iblis mencoba menjerumuskan Isa dengan pujian yang berlebihan, mengatakan bahwa Isa telah mencapai derajat rububiyyah karena mampu berbicara di buaian, menghidupkan orang mati, dan melakukan hal-hal yang tidak mampu dilakukan manusia biasa. Iblis berkata bahwa Allah bisa menjadi ilah di langit, sedangkan Isa menjadi ilah di bumi.

Isa membantah keras, menegaskan bahwa semua mukjizat itu terjadi semata-mata dengan izin Allah, dan bahwa rububiyyah hanya milik Allah yang menghidupkan dan mematikan. Dalam sebagian atsar digambarkan Jibril, Mikail, dan Israfil turun, memukul Iblis dengan sayap mereka dan melemparkannya jauh hingga ia masuk ke dalam laut dalam dan lumpur yang panas. Iblis kemudian mengakui kepada para pengikutnya bahwa Isa adalah hamba yang ma‘shum; ia tidak bisa menyesatkannya, tapi ia akan menyesatkan banyak manusia melalui Isa, dengan membuat sebagian mereka menjadikannya dan ibunya sebagai sesembahan selain Allah.

Walau tidak semua detail riwayat ini sahih, pelajarannya jelas: berlebihan dalam mengagungkan nabi hingga mengangkatnya ke derajat ketuhanan adalah jalan yang dibuka setan untuk menyesatkan manusia.


Kabar Gembira tentang Nabi Muhammad dan Umatnya

Salah satu tema terbesar dalam kisah Isa yang ditegaskan al-Qur’an adalah bahwa Isa memberi kabar gembira tentang kedatangan Nabi Muhammad ﷺ. Allah berfirman:

﴿وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ ۖ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَٰذَا سِحْرٌ مُبِينٌ﴾
“Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, ‘Wahai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah Rasul Allah kepada kalian, yang membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad.’ Maka ketika Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, ‘Ini adalah sihir yang nyata.’”
(QS. as-Saff: 6)

Dalam atsar-atsar yang dinukil Ibnu Katsir, Isa digambarkan menerima wahyu bahwa akan datang seorang nabi Arab, ummi, yang sifat-sifat lahir dan batinnya sangat mulia: matanya bercahaya, dahinya lapang, pipinya bersih, rambutnya bergelombang, janggutnya lebat, langkahnya mantap dan penuh wibawa. Akhlaknya lembut, tidak keras, tidak kasar, tidak berteriak di pasar, tidak membalas kejelekan dengan kejelekan, tetapi memaafkan dan berbuat baik. Namanya Ahmad, ucapannya adalah al-Qur’an, agamanya Islam, dan Allah memberinya kedudukan yang tidak diberikan kepada seorang manusia pun.

Allah juga mengabarkan kepada Isa tentang umat Muhammad ﷺ. Mereka digambarkan sebagai umat yang dirahmati, banyak ulama dan orang bijak di antara mereka, seakan-akan para nabi. Mereka rela kepada Allah dengan sedikitnya bagian dunia yang diberikan kepada mereka, sedangkan Allah rela dari mereka dengan sedikit amal jika dibandingkan dengan luasnya karunia-Nya. Mereka banyak mengucapkan “lā ilāha illallāh” dan banyak sujud. Karena itu, merekalah yang akan menjadi penghuni surga terbanyak.

Allah menegaskan bahwa sifat Nabi Muhammad ﷺ telah tertulis dalam Taurat dan Injil:

﴿الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ ۚ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ﴾
“(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi, yang (namanya) mereka dapati tertulis di sisi mereka dalam Taurat dan Injil; (yang) menyuruh mereka mengerjakan yang ma‘ruf dan melarang mereka dari yang munkar, menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan atas mereka segala yang buruk, dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
(QS. al-A’raf: 157)

Nabi Muhammad ﷺ sendiri bersabda – sebagaimana dinukil Ibnu Katsir – bahwa beliau adalah “doa ayahku Ibrahim dan kabar gembira Isa.” Doa Ibrahim itu diabadikan al-Qur’an:

﴿رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ﴾
“Wahai Rabb kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkau-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”
(QS. al-Baqarah: 129)

Dengan demikian, kenabian Isa dan kenabian Muhammad saling terkait: Isa menutup rangkaian nabi di kalangan Bani Israil, dan Muhammad menutup rangkaian kenabian seluruh umat manusia.


Siapa Pengikut Isa yang Sebenarnya?

Pada akhirnya, seluruh kisah panjang ini bermuara pada satu kenyataan. Isa adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, bukan Tuhan dan bukan anak Tuhan. Ia adalah nabi terakhir di antara Bani Israil, yang mengabarkan datangnya Nabi Muhammad ﷺ, penutup para nabi secara mutlak.

Pengikut Isa yang sejati adalah mereka yang mengikuti ajarannya yang asli: beribadah hanya kepada Allah tanpa sekutu, membenarkan para rasul, dan mengikuti rasul yang datang setelahnya, yaitu Muhammad ﷺ. Karena itu, umat Muhammad yang beriman kepada Isa sebagai nabi Allah dan memuliakannya tanpa men-Tuhan-kan­nya, sekaligus beriman kepada Muhammad sebagai nabi terakhir, adalah pengikut Isa yang paling benar.

Merekalah yang paling layak termasuk dalam firman Allah:

﴿إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَىٰ إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ﴾
“(Ingatlah) ketika Allah berfirman, ‘Wahai Isa, sesungguhnya Aku akan mewafatkanmu dan mengangkatmu kepada-Ku, dan membersihkanmu dari orang-orang kafir, serta menjadikan orang-orang yang mengikutimu di atas orang-orang kafir hingga hari Kiamat.’”
(QS. Ali Imran: 55)

Dan juga:

﴿وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ﴾
“Mereka (orang-orang kafir) melakukan tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.”
(QS. Ali Imran: 54)


Sumber Kisah

Ibnu Katsir, Qashash al-Anbiyā’ min al-Bidāyah wa an-Nihāyah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nabi Syamuil (Samuel) dan Nabi Dawud : Thalut vs Jalut, Ujian Sungai, dan Kembalinya Tabut Bani Israil

Nabi Ilyas عليه السلام

Saba’: Negeri Makmur yang Hilang