Riwayat Nabi Ismail dan Nabi Ishaq عليهما السلام

 Ismail ‘Alaihissalam – Putra Pertama Ibrahim

Ismail adalah putra sulung Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Ia lahir ketika Ibrahim berusia 90 tahun, sedangkan adiknya, Ishaq, lahir 30 tahun kemudian.

Sebelumnya, Sarah telah menghadiahkan Hajar kepada Ibrahim, dan dari Hajar-lah Ismail dilahirkan. Setelah itu, Ibrahim membawa Hajar dan bayinya berhijrah ke sebuah lembah tandus yang kelak dikenal sebagai Makkah.

Ismail tumbuh di tengah suku Jurhum, dan ketika dewasa ia menikah dengan seorang perempuan dari suku itu, kemudian menikah lagi setelahnya sebagaimana tradisi saat itu.


Ketika Ismail Menjadi Ayah Bangsa Arab

Menurut Ibnu Ishaq, Ismail memiliki 12 orang putra. Di antara mereka yang paling dikenal adalah:

  • Nabit

  • Qaydar (Kedar) – dari keturunan inilah Allah memperbanyak bangsa Arab.

Ada yang berpendapat bahwa bangsa Arab asli (al-‘Arab al-‘Āribah) berasal dari keturunan Nabit dan Qaydar. Ada pula yang mengatakan bahwa bangsa Arab disebut demikian karena Ismail dibesarkan di daerah pedalaman Tihamah.
Pendapat lain menyebutkan bahwa orang pertama yang berbicara bahasa Arab adalah Ya‘rib bin Qahtan dari Yaman.


Ismail Diangkat Menjadi Nabi

Allah menjadikan Ismail sebagai nabi setelah ayahnya, Ibrahim. Ia diutus kepada:

  • Suku ‘Amaliq

  • Suku Jurhum

  • Beberapa kabilah Yaman

Ismail mengajak mereka meninggalkan penyembahan berhala. Sebagian kecil beriman, namun kebanyakan menolak.


Wafatnya Hajar dan Pengabdian Ismail

Riwayat menyebutkan bahwa:

  • Hajar wafat ketika Ismail berusia 20 tahun, dalam usia 90 tahun.

  • Ismail sendiri yang memakamkannya di al-Ḥijr, area setengah lingkaran di samping Ka‘bah yang sekarang dikenal sebagai Hijr Ismail.


Ismail dan Bahasa Arab

Seseorang pernah bertanya kepada Muhammad bin Ali bin Al-Husain (Abu Ja‘far):

“Siapakah orang pertama yang berbicara bahasa Arab?”

Beliau menjawab:

“Ismail. Ia mulai berbicara bahasa Arab pada usia 13 tahun.”

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Allah mengilhamkan bahasa Arab kepadanya.


Wafatnya Ismail dan Rahmat Allah di Hijr

Sebelum wafat, Ismail berwasiat kepada saudaranya, Ishaq, dan menikahkan putrinya dengan putra Ishaq yang bernama ‘Īṣ.

Ismail hidup hingga 137 tahun, dan dimakamkan di al-Ḥijr, berdampingan dengan ibunya, Hajar.

Ada riwayat indah dari Umar bin Abdul Aziz:
Ketika Ismail mengadukan panasnya kota Makkah, Allah mewahyukan:

“Aku bukakan bagimu pintu surga di al-Ḥijr, darinya mengalir angin sejuk sampai hari kiamat.”

Para sejarawan menyebutkan bahwa makam Ismail berada di area antara:

  • al-Mīzāb (talang emas Ka‘bah)

  • Bāb al-Ḥijr al-Gharbī (pintu Hijr bagian barat)

Bahkan Ibnu az-Zubair pernah menemukan peti dari batu hijau saat menggali area itu, dan ia diberi tahu bahwa itu adalah makam Ismail.


Setelah Ismail Wafat

Pengelolaan Ka‘bah dilanjutkan oleh putranya Nabit, dibantu oleh paman-pamannya dari suku Jurhum.
Setelah Nabit wafat, suku Jurhum akhirnya menguasai Ka‘bah sepenuhnya.


ISHAAQ ‘ALAIHISSALAM


Diutus Menjadi Rasul

Sebagian ulama seperti Ad-Dhahhak bin Muzahim menyebutkan bahwa Ishaq adalah rasul yang diutus setelah Ibrahim.
Pada masa hidup Ibrahim sendiri, empat orang putra keturunannya diutus sebagai nabi:

  • Ishaq – di Syam

  • Ya‘qub – di Kan‘an

  • Ismail – kepada suku Jurhum

  • Luth – kepada kaumnya di Sadum


Pernikahan dan Keturunan

Ishaq dinikahkan oleh ayahnya dengan Rifqah binti Batāwīl bin Nahur bin Azar.
Dari Rifqah lahirlah dua anak kembar:

  1. al-‘Īṣ (Esau)

  2. Ya‘qub

Dalam tradisi, al-‘Īṣ disebut sebagai leluhur bangsa Romawi dan Banī al-Aṣfar (bangsa kulit kuning/keemasan, yaitu bangsa Eropa).

Dari keturunan mereka kemudian lahir bangsa Yunani dan para raja mereka.


Meluruskan Cerita yang Tidak Shahih

Ibnul Jauzi mengoreksi cerita populer bahwa Ya‘qub memegang tumit saudaranya saat lahir.
Ia mengatakan bahwa nama Ya‘qub adalah nama non-Arab dan tidak berhubungan dengan kata “tumit”, dan cerita mengenai pertengkaran bayi dalam kandungan adalah terlalu jauh dari kebenaran.


Wafatnya Ishaq

Ishaq hidup selama 160 tahun, wafat di Palestina, dan dimakamkan di samping ayahnya, Ibrahim.

Setelah itu, kekuasaan dan garis kepemimpinan para nabi banyak berasal dari keturunan Ishaq, hingga generasi demi generasi.


Sumber :

Al-Muntazham fī Tārīkh al-Mulūk wa al-Umam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nabi Syamuil (Samuel) dan Nabi Dawud : Thalut vs Jalut, Ujian Sungai, dan Kembalinya Tabut Bani Israil

Nabi Ilyas عليه السلام

Saba’: Negeri Makmur yang Hilang