Nabi Yunus عليه السلام
Nabi Yunus di Negeri Ninawa
Nabi Yunus ‘alaihissalām adalah seorang rasul yang diutus Allah kepada penduduk Ninawa, sebuah kota besar yang berada di wilayah Mosul, Irak.
Beliau datang membawa misi tauhid: mengajak mereka menyembah Allah, meninggalkan kekufuran, dan berjalan di jalan para nabi sebelumnya.
Namun penduduk Ninawa justru menolak, membangkang, dan mendustakan ajakan beliau. Tahun demi tahun berlalu, penolakan mereka tidak berubah, bahkan semakin keras.
Para ahli tafsir menjelaskan bahwa mereka menutup telinga dan hati, dan Nabi Yunus pun semakin sedih melihat kekerasan hati mereka.
Ancaman Azab dan Kepergian Nabi Yunus
Melihat kaumnya tetap bersikeras dalam kekafiran, Nabi Yunus akhirnya meninggalkan mereka dalam keadaan marah.
Sebelum pergi, beliau memperingatkan bahwa azab akan datang dalam tiga hari.
Setelah Nabi Yunus pergi, penduduk Ninawa mulai menyadari bahwa peringatan itu bukan ancaman kosong. Ketika tanda-tanda azab mulai tampak—awan hitam pekat menggantung di langit—ketakutan melanda seluruh negeri.
Allah pun melemparkan rasa taubat ke dalam hati mereka, sehingga semua penduduk turun ke jalan-jalan, meratap, menangis, dan memohon ampun.
Lelaki, perempuan, anak-anak, bahkan hewan ternak memisahkan diri dari anaknya sehingga suara ratapan memenuhi seluruh negeri.
Melihat taubat mereka, Allah Yang Maha Pengasih mencabut azab yang hampir menimpa.
Mereka adalah satu-satunya kaum yang beriman secara sempurna sebelum azab turun, dan iman itu diterima oleh Allah.
Nabi Yunus di Kapal dan Undian Tiga Kali
Sementara itu, Nabi Yunus telah jauh meninggalkan negeri. Beliau menaiki sebuah kapal penuh muatan.
Tetapi badai besar datang, membuat kapal hampir tenggelam. Penumpang pun sepakat mengundi siapa yang harus dilemparkan ke laut demi meringankan beban kapal.
Undian pertama dilakukan—nama Nabi Yunus terpilih.
Mereka menolak, dan undian diulang.
Undian kedua dilakukan—nama Nabi Yunus kembali terpilih.
Mereka masih ragu.
Undian ketiga dilakukan—nama Nabi Yunus terpilih lagi.
Ini adalah ketentuan Allah yang sedang menggiring beliau menuju peristiwa besar.
Akhirnya Nabi Yunus melepaskan pakaiannya dan bersiap menceburkan diri, hingga akhirnya ia dilemparkan ke laut.
Ditelan Ikan Besar
Begitu jatuh ke laut, Allah mengutus seekor ikan besar dari kedalaman samudera.
Ikan itu diperintahkan:
“Jangan melukai dagingnya dan jangan mematahkan tulangnya. Ia bukan rezekimu.”
Ikan itu menelan Nabi Yunus dan membawanya mengelilingi seluruh lautan.
Sebagian riwayat menyebut bahkan ikan itu ditelan lagi oleh ikan yang lebih besar.
Di dalam perut ikan, beliau sempat mengira bahwa dirinya telah mati. Tetapi ketika menggerakkan tubuhnya dan merasakan masih hidup, beliau pun bersujud dan berkata:
“Wahai Rabbku, aku telah menjadikan untuk-Mu masjid yang belum pernah digunakan seorang pun untuk beribadah kepada-Mu.”
Para ulama berbeda pendapat tentang lamanya beliau berada di dalam perut ikan:
-
Ada yang mengatakan sehari dari dhuha hingga sore,
-
Ada yang mengatakan tiga hari,
-
Ada yang mengatakan tujuh hari,
-
Ada pula yang mengatakan empat puluh hari.
Suara-Suara Tasbih di Kedalaman Laut
Di dalam perut ikan, Nabi Yunus mendengar suara tasbih makhluk-makhluk laut.
Allah mewahyukan:
“Itu adalah tasbih makhluk-makhluk lautan.”
Beliau pun ikut bertasbih, mengulang-ulang doa yang kelak menjadi doa mustajab bagi seluruh orang beriman:
“Lā ilāha illā anta, subhānaka innī kuntu minaẓ-ẓālimīn.”
Para malaikat mendengar suara itu dari kegelapan laut. Mereka berkata:
“Wahai Rabb kami, kami mendengar suara lemah dari bumi yang asing.”
Allah menjawab:
“Itu adalah hamba-Ku Yunus.”
Para malaikat mengenali suara yang setiap hari naik membawa amal saleh dan doa yang diterima:
“Hamba-Mu yang amal salehnya selalu Engkau terima setiap siang dan malam?”
“Ya,” jawab Allah.
Mereka lalu memohonkan syafaat untuk Nabi Yunus, dan Allah pun mengabulkan doa mereka.
Keutamaan Tasbih Nabi Yunus
Terdapat riwayat-riwayat yang menjelaskan keutamaan doa Nabi Yunus. Di antaranya:
1. Doa Mustajab untuk Setiap Mukmin
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Nama Allah yang jika disebut dalam doa, Dia mengabulkan, dan jika diminta, Dia memberi—
adalah doa Yunus bin Matta.”
(Yaitu doa: Lā ilāha illā anta, subhānaka innī kuntu minaẓ-ẓālimīn.)
Ketika Sa’ad bin Abi Waqqas bertanya apakah doa itu khusus untuk Yunus, Nabi ﷺ menjawab:
“Untuk Yunus khusus, dan untuk kaum mukminin secara umum apabila mereka berdoa dengannya.”
2. Allah Mengenali Hamba-Nya di Waktu Sempit
Rasulullah ﷺ berkata kepada Ibnu Abbas:
“Kenalilah Allah di waktu lapang, niscaya Dia mengenalimu di waktu sempit.”
Ini menjelaskan mengapa para malaikat mengenali suara Yunus—karena beliau adalah ahli ibadah sebelum musibah itu.
3. Doa yang Menggelegar di Sekitar ‘Arsy
Riwayat lain menggambarkan doa Nabi Yunus demikian kuat hingga:
“Doa itu merintih di sekitar ‘Arsy.”
Para malaikat menyebutkan:
“Suara ini dikenal, namun datang dari negeri yang asing.”
Allah menjawab:
“Itu adalah hamba-Ku Yunus.”
Nabi Yunus Dilemparkan ke Daratan Tandas
Allah memerintahkan ikan itu untuk memuntahkan Nabi Yunus ke sebuah daratan yang tandus, tanpa pepohonan, dan Nabi Yunus berada dalam kondisi sangat lemah, seperti anak burung tanpa bulu atau bayi yang baru lahir.
Untuk melindunginya, Allah menumbuhkan pohon labu (yaqthin).
Daunnya lembut, rimbun, dan tidak didekati lalat, sehingga menjadi pelindung alami bagi kulit Nabi Yunus yang terbakar air asin dan panas matahari.
Allah juga mengutus seekor kijang betina liar yang setiap pagi dan sore datang memberi beliau susu, hingga tubuhnya pulih.
Semua ini adalah bentuk kasih sayang Allah:
“Ini termasuk rahmat Allah kepadanya, nikmat-Nya atasnya, dan kebaikan-Nya kepadanya.”
Diutus Kembali dan Kaum yang Beriman
Setelah pulih, Nabi Yunus kembali diutus kepada seratus ribu orang atau lebih, menurut sebagian riwayat jumlah mereka bahkan mencapai 130.000–170.000 jiwa.
Kaum ini beriman, dan Allah memberikan mereka kenikmatan hidup hingga waktu yang ditentukan.
Pelajaran dari Kisah Nabi Yunus
Kisah ini mengajarkan:
1. Kekuatan doa di tengah kesempitan
Allah berfirman:
“Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.”
2. Taubat yang tulus mampu mengubah takdir azab
Kaum Ninawa adalah satu-satunya kaum yang imannya diterima sebelum azab turun.
3. Allah tidak pernah menelantarkan hamba yang beriman
Baik ketika Yunus ditelan ikan, sendirian dalam gelap, lemah di daratan tandus, maupun ketika kembali berdakwah.
Sumber :
-
Al-Bidayah wan-Nihayah

Komentar
Posting Komentar