Nabi Ilyas عليه السلام

🌧️ Awal Kekacauan di Bani Israil

Setelah wafatnya Hizqil, keadaan Bani Israil semakin kacau.
Mereka meninggalkan perjanjian dengan Allah dan kembali menyembah berhala.

Maka Allah mengutus Ilyas bin Yasin bin Finhas bin Al-‘Izzaz bin Harun bin ‘Imran sebagai nabi untuk mengembalikan mereka kepada ajaran Taurat yang telah mereka lupakan.

Pada masa itu, Bani Israil memiliki banyak raja yang terpecah-pecah, masing-masing berkuasa di wilayahnya sendiri. Di antara raja itu ada seorang bernama Akhāb, yang pada awalnya mau mendengar dan membenarkan ajaran Nabi Ilyas.


🛑 Penyembahan Ba‘al dan Penolakan Kebenaran

Bani Israil telah menjadikan berhala bernama Ba‘al sebagai sesembahan.
Ilyas terus menyeru mereka kepada Allah, tetapi mereka hanya mau mendengar raja mereka.

Ketika Ilyas mengajak Akhāb meninggalkan kesyirikan, raja itu menjawab:

“Aku melihat para raja lain menyembah berhala, namun hidup mereka tetap makmur. Tidak ada kelebihan kita dibanding mereka.”

Mendengar jawaban itu, Ilyas bersedih dan meninggalkan sang raja, sambil berkata:
“Inna lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn.”

Setelah itu, Akhāb pun ikut menyembah berhala.


🏡 Kisah Tetangga Shalih yang Terzalimi

Akhāb memiliki seorang tetangga yang shalih dan beriman, tetapi menyembunyikan imannya.
Ia memiliki kebun di samping istana. Sang raja selalu berbuat baik kepadanya, namun istri raja adalah perempuan yang sangat jahat.

Sang istri meminta raja mengambil kebun itu, tetapi raja menolak.

Saat raja bepergian, istrinya memanfaatkan kesempatan.
Ia mengutus orang-orang untuk bersaksi palsu bahwa pemilik kebun itu mencaci raja.
Pemilik kebun pun dibunuh, dan kebun itu dirampas.

Ketika raja kembali, ia marah terhadap perbuatan itu.
Namun istrinya berkata dingin:

“Urusannya sudah selesai.”


⚡ Peringatan Allah melalui Nabi Ilyas

Allah mewahyukan kepada Ilyas untuk menyampaikan kepada raja dan istrinya:

  • Kembalikan kebun itu kepada ahli waris yang berhak.

  • Jika tidak, murka Allah akan menimpa mereka berdua.

Tetapi keduanya menolak kebenaran itu.
Mereka hanya menikmati kebun tersebut sebentar sebelum azab Allah turun.


☁️ Tiga Tahun Tanpa Hujan

Melihat kezaliman dan kekafiran Bani Israil, Ilyas berdoa agar Allah menghentikan hujan.
Tiga tahun lamanya hujan terhenti.

  • Ternak binasa

  • Burung mati

  • Serangga hilang

  • Pepohonan kering

  • Manusia menderita hebat

Ilyas pun bersembunyi dari kejaran kaumnya, namun Allah tetap mencukupinya dengan rezeki.


🌟 Pertemuan dengan Al-Yasa’

Suatu malam, Ilyas singgah di rumah seorang perempuan Bani Israil.
Anaknya, Al-Yasa’ bin Akhtub, sedang sakit keras.

Ilyas berdoa, dan Al-Yasa’ sembuh.
Sejak saat itu, Al-Yasa’ mengikuti Ilyas, membenarkannya, dan menjadi pendamping setianya.


🌤️ Ujian, Tantangan, dan Doa Nabi Ilyas

Ketika Ilyas telah tua, Allah menegurnya:

“Engkau telah membinasakan banyak makhluk—hewan, burung, dan lainnya—padahal yang durhaka hanya Bani Israil.”

Ilyas berkata:

“Ya Rabb, biarkan aku memohonkan rahmat bagi mereka.
Semoga mereka kembali.”

Ilyas kembali kepada Bani Israil dan berkata:

“Jika kalian benar bahwa berhala kalian memberi manfaat, mintalah hujan padanya.”

Mereka sepakat dengan usul itu.
Mereka keluar dengan membawa berhala-berhala mereka, memohon hujan…
Namun tidak ada jawaban. Tidak ada perubahan.

Maka mereka pun menyerah dan berkata:

“Kami telah binasa, berdoalah untuk kami.”

Ilyas berdoa.
Sebuah awan kecil muncul, seperti perisai.
Awan itu membesar… dan turunlah hujan lebat.

Negeri mereka hidup kembali.
Derita mereka hilang.

Tetapi…

Mereka tetap tidak kembali kepada kebenaran.


⚔️ Akhir Kehidupan Raja dan Istrinya

Allah mengirim musuh kepada raja dan kaumnya.
Mereka dikalahkan.

Raja dan istrinya dibunuh di kebun yang dahulu mereka rampas.
Jasad mereka dilemparkan ke dalamnya…

…hingga daging mereka membusuk dan hilang dimakan bumi.

Itulah balasan atas kezaliman yang mereka lakukan.


📚 Sumber

Al-Kamil fi at-Tarikh 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nabi Syamuil (Samuel) dan Nabi Dawud : Thalut vs Jalut, Ujian Sungai, dan Kembalinya Tabut Bani Israil

Saba’: Negeri Makmur yang Hilang