Nabi Idris عليه السلام , Nabi yang diangkat ke langit
Nama asli Nabi Idris ‘alaihis-salām adalah Khanuḥ bin Yard bin Mahlā’īl bin Qīnān bin Anūsy bin Syīts bin Ādam.
Beliau berasal dari keturunan Syīts, putra Nabi Ādam ‘alaihis-salām.
Menurut Az-Zubair bin Bakkār, nama “Idris” diberikan karena beliau adalah orang pertama yang tekun mempelajari wahyu yang tertulis (darasa al-wahy), sehingga disebut Idrīs — dari kata darasa yang berarti belajar atau membaca dengan tekun.
Kenabian Nabi Idris
Dari riwayat Ibnu ‘Abbās, disebutkan bahwa:
“Nabi pertama setelah Ādam adalah Idris ‘alaihis-salām, yang bernama Khanuḥ bin Yard. Amalan yang ia lakukan dalam satu hari nilainya setara dengan amal keturunan Ādam dalam satu tahun.”
Karena keikhlasan dan ketekunan ibadahnya, Iblis merasa iri, dan sebagian kaumnya justru mendurhakai ajarannya. Maka Allah ‘Azza wa Jalla mengangkat Idris ke tempat yang tinggi dan memasukkannya ke dalam surga.
Ibnu Isḥāq juga menyebutkan bahwa Idris adalah nabi pertama yang menerima kenabian setelah Ādam dan Syīts.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Empat rasul berasal dari bangsa Suryani: Ādam, Syīts, Akhnūkh (yaitu Idris), dan Nūḥ.”
Pernikahan dan Keturunan
Ketika berusia enam puluh lima tahun, Hānūkh bin Yard (Nabi Idris) menikah dengan Hudānah — ada juga yang mengatakan Adānah — binti Bāwīl bin Maḥwīl bin Hānūkh bin Qain bin Ādam.
Dari pernikahan itu lahirlah seorang putra bernama Matusyalakh bin Hānūkh.
Setelah kelahiran Matusyalakh, Hānūkh masih hidup selama tiga ratus tahun lagi. Beliau memperingatkan keluarganya bahwa Allah akan menurunkan azab kepada keturunan Qābīl dan siapa saja yang bersekutu dengan mereka dalam kejahatan.
Masa Hidup dan Dakwah
Para ahli sejarah menyebutkan bahwa Allah mengutus Idris sebagai nabi ketika Ādam masih hidup, saat usia Ādam telah mencapai 622 tahun.
Kepada Nabi Idris diturunkan 30 lembar wahyu (shuhuf).
Ia menyeru kaumnya untuk:
Menyembah Allah semata,
Menjauhi setan dan perbuatan jahat,
Tidak bergaul dengan keturunan Qābīl yang suka berbuat kerusakan.
Namun sebagian besar dari mereka menolak, sehingga Nabi Idris memerangi mereka. Ia menang, menawan sebagian dari mereka, dan menjadikannya budak.
Penemu dan Pelopor
Nabi Idris dikenal sebagai:
Orang pertama yang menulis dengan pena,
Orang pertama yang menjahit pakaian,
Dan orang pertama yang mengenakan baju berjahit, sedangkan sebelumnya manusia hanya memakai kulit binatang.
Beliau diangkat ke langit pada usia 365 tahun, sementara ayahnya masih hidup dan kemudian hidup lagi selama 135 tahun setelah kepergiannya.
Kisah Kenaikan Nabi Idris ke Langit
Disebutkan dalam riwayat Zaid bin Aslam, bahwa amalan Idris dalam satu hari setara dengan amal seluruh keturunan Ādam.
Melihat hal itu, seorang malaikat meminta izin kepada Allah untuk bertemu dan duduk bersama Idris.
Ketika bertemu, Idris berkata kepada malaikat itu:
“Aku ingin engkau memperlihatkan kepadaku bagaimana rasanya mati, agar aku dapat lebih siap menghadapinya.”
Allah pun memberi izin kepada malaikat tersebut untuk mencabut nyawanya sejenak, lalu menghidupkannya kembali.
Setelah hidup kembali, malaikat bertanya:
“Bagaimana rasanya?”
Idris menjawab:
“Sangat berat, lebih dahsyat dari yang pernah aku dengar.”
Melihat Neraka dan Surga
Kemudian Idris berkata lagi:
“Aku ingin engkau memperlihatkan kepadaku neraka.”
Maka malaikat membawanya dan memperlihatkan kedahsyatan neraka.
Setelah itu, Idris memohon:
“Sekarang, tunjukkanlah kepadaku surga.”
Malaikat pun membawanya masuk ke dalam surga. Idris berkeliling dan menikmati keindahannya, lalu malaikat berkata:
“Keluarlah.”
Namun Idris menjawab dengan tenang:
“Demi Allah, aku tidak akan keluar sampai Allah sendirilah yang memerintahkanku.”
Perintah Allah
Lalu Allah mengutus malaikat lain untuk menengahi.
Malaikat itu bertanya kepada Idris:
“Apa alasanmu?”
Idris menjawab:
“Allah berfirman,
‘Setiap jiwa akan merasakan mati’ (Ali Imran: 185) — dan aku telah merasakannya.
Allah juga berfirman,
‘Tidak ada seorang pun di antara kalian melainkan akan mendatanginya (neraka)’ (Maryam: 71) — dan aku telah mendatanginya.
Allah pun berfirman kepada penghuni surga,
‘Mereka tidak akan dikeluarkan darinya’ (Al-Hijr: 48).
Maka demi Allah, aku tidak akan keluar sampai Allah yang mengeluarkanku.”
Kemudian terdengar suara dari langit:
“Dengan izin-Ku ia masuk, dan dengan perintah-Ku ia berbuat. Maka biarkanlah ia.”
Sejak saat itu, Nabi Idris ‘alaihis-salām tinggal di surga, di tempat yang mulia, sebagaimana firman Allah:
“Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.”
(QS. Maryam: 57)
Sumber
Al-Muntaẓam fī Tārīkh al-Mulūk wa al-Umam
Al-Kaamil fi al-Tarikh

Komentar
Posting Komentar