Nabi Hud عليه السلام dan Kaum A'ad

Padang pasir Al-Ahqāf dengan tenda-tenda besar kaum ‘Ād, langit gelap diselimuti awan hitam tebal yang membawa angin azab, pasir berputar diterpa badai dahsyat.

Asal-usul Nabi Hūd dan Kaum ‘Ād

Nabi Hūd ‘alaihissalām adalah keturunan Nabi Nūh, tepatnya Hūd bin Shālih bin Arfakhsyadz bin Sām bin Nūh ‘alaihissalām.
Beliau berasal dari kaum ‘Ād, keturunan ‘Ād bin ‘Aush bin Sām bin Nūh.

Kaum ‘Ād dikenal sebagai bangsa Arab kuno yang tinggal di wilayah Al-Aḥqāf—pegunungan pasir di antara ‘Umān dan Ḥaḍramaut, dekat pesisir laut yang disebut Asy-Shaḥr.
Lembah tempat mereka tinggal bernama Mughīts.

Mereka hidup di tenda-tenda besar bertiang tinggi dan kokoh. Karena kekuatan dan kemegahan mereka, Allah berfirman:

“Apakah engkau tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘Ād, yaitu Iram yang mempunyai bangunan-bangunan tinggi?”
(QS. Al-Fajr: 6–7)

Kaum ini disebut juga ‘Ād al-Ūlā — kaum ‘Ād yang pertama.


Bangsa yang Kuat, Tapi Angkuh

Kaum ‘Ād terkenal sebagai bangsa kuat dan tinggi besar. Tidak ada kaum lain yang menandingi kekuatan fisik mereka. Allah mengingatkan:

“Ingatlah ketika Dia menjadikan kamu sebagai pengganti setelah kaum Nūh, dan menambah kekuatan tubuh serta posturmu.”
(QS. Al-A‘rāf: 69)

Namun di balik kekuatan itu, mereka menjadi angkuh dan durhaka.
Mereka mulai menyembah berhala-berhala yang mereka buat sendiri: Ḍurā, Ḍamūr, dan Al-Hubā.


Dakwah Nabi Hūd

Allah mengutus Nabi Hūd ‘alaihissalām untuk menyeru kaumnya agar menyembah Allah semata dan meninggalkan kesombongan.
Namun seruan itu mereka tolak mentah-mentah. Dengan sombong mereka berkata:

“Siapa yang lebih kuat daripada kami?”

Hūd menasihati mereka dengan sabar, namun hanya segelintir orang yang beriman.
Sebagian besar tetap membangkang dan hidup dalam kesesatan.


Tiga Awan dan Pilihan yang Salah

Allah menurunkan kekeringan panjang sebagai peringatan.
Kaum ‘Ād lalu mengutus beberapa orang ke Makkah untuk memohon hujan.

Mereka berdoa di sana, lalu Allah memperlihatkan tiga awan di langit:
☁️ Putih – ☁️ Merah – ☁️ Hitam.

Sebuah suara menyeru kepada mereka:

“Pilihlah satu awan untukmu dan kaummu!”

Mereka memilih awan hitam, mengira awan itu paling banyak membawa hujan.
Namun suara itu berkata:

“Engkau memilih kehancuran! Itulah awan yang membawa azab!”


Datangnya Angin Pembinasa

Awan hitam itu bergerak menuju lembah Mughīts tempat kaum ‘Ād tinggal.
Ketika melihatnya, mereka bersorak gembira:

“Ini awan yang akan menurunkan hujan bagi kami!”
(QS. Al-Aḥqāf: 24)

Namun Allah berfirman:

“Tidak! Itu adalah azab yang kalian minta disegerakan, yaitu angin yang mengandung azab yang pedih.”
(QS. Al-Aḥqāf: 24–25)

Seorang wanita bernama Fahdad adalah orang pertama yang menyadari bencana itu.
Ia melihat angin itu berisi api dan makhluk besar yang menakutkan, lalu pingsan ketakutan.

Ketika angin itu tiba, tujuh orang berusaha menahannya di tepi lembah—namun tubuh mereka langsung tersapu, terangkat ke udara, dan dibanting hingga mati.


Tujuh Malam Delapan Hari

Angin azab itu bertiup selama tujuh malam dan delapan hari tanpa henti.

“Dan Kami menimpakan kepada mereka angin yang sangat kencang selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus.”
(QS. Al-Ḥāqqah: 7)

Seluruh kaum ‘Ād hancur lebur.
Nabi Hūd dan orang-orang beriman berlindung di tempat aman; mereka hanya merasakan hembusan lembut.
Di luar, angin itu mencabut pohon-pohon, meruntuhkan rumah, dan melempar manusia ke udara.

Setelah itu, Allah mengirim burung-burung hitam yang membawa jasad kaum ‘Ād ke laut.

“Maka jadilah mereka, tidak terlihat lagi kecuali tempat tinggal mereka.”
(QS. Al-Aḥqāf: 25)


Akhir Kehidupan Nabi Hūd

Nabi Hūd hidup selama seratus lima puluh tahun.
Dikatakan makamnya berada di Ḥaḍramaut, dan ada pula yang menyebut di Al-Ḥijr dekat Makkah.

Kaum ‘Ād pun lenyap dari muka bumi—menjadi peringatan bagi umat setelahnya bahwa kekuatan tanpa keimanan hanya membawa kehancuran.


Pesan Moral

  • Jangan sombong atas kekuatan dan kemakmuran.

  • Semua nikmat adalah titipan Allah yang harus disyukuri.

  • Azab Allah datang tanpa bisa dihindari bagi mereka yang ingkar.

  • Keselamatan hanya milik orang-orang yang beriman dan taat.


Sumber:
📖 Al-Kāmil fī at-Tārīkh
📖 Qiṣaṣ al-Anbiyā’

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nabi Syamuil (Samuel) dan Nabi Dawud : Thalut vs Jalut, Ujian Sungai, dan Kembalinya Tabut Bani Israil

Nabi Ilyas عليه السلام

Saba’: Negeri Makmur yang Hilang