Nabi Hizqil عليه السلام dan Bangkitnya Ribuan Orang Mati


Pendahuluan

Setelah wafatnya Nabi Yusya’ bin Nun, Bani Israil dipimpin oleh seorang lelaki saleh bernama Kaleb bin Yufanna—sahabat Nabi Musa dan sosok pemberani yang menegakkan kebenaran. Sepeninggal Kaleb, Allah memilih seorang laki-laki pilihan untuk menggantikan tugas berat itu:
Hizqil bin Buzhi, seorang nabi yang kelak menyaksikan salah satu peristiwa paling menakjubkan dalam sejarah manusia.


Ketakutan Besar dan Pelarian Ribuan Jiwa

Suatu ketika, sebuah kampung di wilayah Bani Israil dilanda wabah mematikan. Ketakutan merambah hati penduduknya. Sebagian tetap bertahan, namun ribuan orang lainnya memilih kabur untuk menyelamatkan diri.

Mereka berkata:

“Jika wabah datang lagi, kita akan lari. Kita ingin hidup.”

Lalu datanglah musim berikutnya. Wabah kembali muncul—lebih mematikan dan lebih cepat. Maka ribuan orang itu berlarian dari kampung mereka, hingga memenuhi sebuah lembah yang luas, berharap dapat menghindari kematian.


Perintah Langit: Kematian Serentak

Di lembah itu, Allah mengutus dua malaikat.
Satu berdiri di puncak lembah.
Satu lagi di dasar lembah.

Suara keduanya menggema:

“Matilah kalian!”

Sekejap saja, ribuan manusia itu roboh.
Hening. Sunyi. Lembah pun berubah menjadi ladang kematian.

Tahun demi tahun berlalu.
Jasad mereka menjadi tulang belulang yang berserakan.
Orang-orang membangun pagar agar tubuh mereka tidak dimakan binatang buas.
Namun lembah itu tetap senyap, seakan waktu berhenti.


Nabi Hizqil Melewati Lembah Kematian

Suatu hari, Nabi Hizqil melewati lembah itu.
Beliau berhenti.
Memandang.
Merenung.

Tulang-tulang itu, yang dulu adalah manusia dengan harapan dan keluarga, kini tak lebih dari debu putih yang rapuh.

Lalu Allah bertanya kepadanya melalui wahyu:

“Apakah engkau ingin Aku tunjukkan bagaimana Aku menghidupkan mereka?”

Hizqil menjawab:

“Ya, wahai Tuhanku.”


Keajaiban Terjadi: Kebangkitan Ribuan Mayat

Allah memerintahkannya untuk menyeru tulang-tulang itu.
Maka Hizqil berseru:

“Wahai tulang-belulang, berkumpullah dengan perintah Allah!”

🌬️ Tulang-tulang itu mulai bergerak.

Mereka terbang, meloncat, dan saling mendekat, kembali pada pemiliknya masing-masing.

Kemudian Allah memerintahkannya lagi:

“Serulah agar daging dan urat-urat menutupi mereka.”

Daging tumbuh. Darah mengalir. Tubuh mereka kembali berwujud seperti semula, lengkap dengan pakaian yang mereka kenakan saat meninggal.

Kemudian Allah memerintahkannya:

“Serulah agar mereka bangkit.”

Nabi Hizqil memanggil:
“Wahai jasad-jasad, bangkitlah dengan perintah Allah!”

Dan… ribuan manusia itu bangkit serentak, lalu bertakbir seperti satu suara:

“Allāhu Akbar!”

Mereka hidup kembali.
Mereka mengetahui bahwa mereka dahulu mati.
Wajah mereka tetap menyimpan bekas kematian.
Setiap pakaian yang mereka kenakan berubah kembali menjadi kafan lusuh.
Hingga tiba ajal mereka yang baru, satu per satu mereka kembali wafat.


Hikmah Besar dari Kisah Nabi Hizqil

Para ulama berbeda pendapat:
Ada yang mengatakan kisah ini adalah perumpamaan,
tetapi mayoritas menyatakan peristiwa ini benar-benar terjadi.

Dan dari peristiwa inilah, para sahabat Nabi Muhammad ﷺ memahami bahwa:

Tidak ada lari dari takdir Allah.
Bahkan ketakutan tidak mampu menyelamatkan diri dari ketentuan-Nya.

Inilah prinsip yang ditekankan Nabi ﷺ dalam banyak hadis, termasuk sabdanya:

“Jika kalian mendengar wabah di suatu negeri, jangan memasukinya.
Jika terjadi di negeri kalian, jangan keluar lari darinya.”

Ini bukan larangan untuk berobat,
melainkan ajaran bahwa Allah-lah pemilik hidup dan mati,
bukan manusia.


Wafatnya Hizqil dan Datangnya Nabi Ilyas

Setelah masa yang panjang, Nabi Hizqil pun wafat.
Bani Israil kembali lupa.
Mereka berbuat kerusakan, menyembah berhala bernama Ba‘al, dan melanggar perjanjian Allah.

Maka Allah mengutus seorang nabi baru kepada mereka:
Nabi Ilyas ‘alaihis salam,
yang kemudian digantikan oleh penerusnya,
Nabi Al-Yasa’ ‘alaihis salam.

Gelombang nabi demi nabi dikirimkan Allah,
semata-mata untuk membimbing manusia menuju cahaya.


📚 Sumber Kisah

  • Al-Bidāyah wan-Nihāyah 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nabi Syamuil (Samuel) dan Nabi Dawud : Thalut vs Jalut, Ujian Sungai, dan Kembalinya Tabut Bani Israil

Nabi Ilyas عليه السلام

Saba’: Negeri Makmur yang Hilang