Kerajaan Yaman Sepeninggal Abrahah

Saif bin Dzi Yazan dan Jenderal Wahriz memimpin pasukan Persia merebut kembali Yaman dari kekuasaan Habasyah/Abyssinia pada abad ke-6 M

Pergantian Kekuasaan di Yaman

Setelah Raja Abrahah dari Habasyah meninggal dunia, tahta kerajaan Yaman jatuh ke tangan putranya, Yaksum bin Abrahah. Ia memerintah untuk beberapa waktu, hingga kemudian digantikan oleh saudaranya, Masruq bin Abrahah, yang melanjutkan kekuasaan Habasyah atas negeri Yaman.

Namun, di bawah pemerintahan mereka, rakyat Yaman hidup dalam penderitaan yang semakin berat. Penindasan dan kekuasaan asing membuat bangsa Yaman kehilangan kebebasannya. Di tengah keadaan itu, muncul seorang tokoh pemberani dari kaum Himyar bernama Sayf bin Dzi Yazan al-Himyari, yang dikenal juga dengan julukan Abu Murrah.


Perjuangan Sayf bin Dzi Yazan

Sayf merasa terpanggil untuk membebaskan negerinya. Ia meninggalkan Yaman dan pergi menemui Kaisar Romawi, memohon bantuan agar Habasyah diusir dari tanah Yaman dan agar Romawi memerintah negeri itu. Namun, Kaisar menolak permintaannya.

Tidak putus asa, Sayf kemudian menuju al-Hirah, tempat kediaman an-Nu‘man bin al-Mundzir, gubernur bawahan Raja Persia, Kisra. Ia mengadukan nasib rakyat Yaman kepada an-Nu‘man. Mendengar kisah itu, an-Nu‘man berkata,

“Tinggallah bersamaku hingga aku menghadap Kisra tahun depan. Saat itu, aku akan membawamu bersamaku.”

Sayf pun menunggu dengan sabar. Ketika waktunya tiba, ia dibawa menghadap Kisra di istananya yang megah, dengan mahkota berkilauan dari emas, zamrud, dan mutiara yang tergantung tinggi di atas singgasana.


Pertemuan dengan Raja Persia

Saat Sayf masuk menghadap, ia menundukkan kepala karena didera kesedihan. Kisra sempat menganggapnya bodoh, tetapi setelah mendengar keluhannya tentang penderitaan rakyat Yaman, Kisra mulai memperhatikan.

Sayf berkata,

“Wahai Raja, negeri kami telah dikuasai oleh bangsa asing, orang-orang Habasyah. Aku datang agar engkau menolong kami. Jadikanlah negeriku di bawah perlindunganmu.”

Namun Kisra menjawab,

“Negerimu jauh dan hasilnya sedikit. Aku tidak akan mengorbankan pasukan Persia untuk tanah Arab.”

Sebagai penghiburan, Kisra memberinya sepuluh ribu dirham dan pakaian indah. Tapi Sayf justru membagikan uang itu kepada orang-orang di jalan. Mendengar hal itu, Kisra merasa heran dan memanggilnya kembali.

Sayf menjawab dengan berani,

“Apa gunanya hadiahmu bagiku? Gunung-gunung di negeriku penuh dengan emas dan perak!”

Kisra pun mulai menganggap Sayf bukan orang biasa. Ia memanggil para penasihatnya untuk berdiskusi. Salah seorang di antara mereka berkata,

“Wahai Raja, engkau punya tawanan yang akan dihukum mati. Kirimlah mereka bersama orang ini. Jika mereka mati, engkau tidak rugi. Tapi jika menang, engkau akan memperoleh negeri baru.”


Kemenangan di Yaman

Akhirnya, Kisra setuju. Ia memerintahkan Wahriz, seorang jenderal tua yang gagah berani, untuk memimpin 800 tawanan Persia menuju Yaman. Mereka berangkat dengan delapan kapal; dua tenggelam di laut, enam sisanya tiba di pelabuhan ‘Adan.

Sesampainya di sana, Sayf mengumpulkan para pejuang Yaman dan berkata kepada Wahriz,

“Langkahku dan langkahmu akan sejalan. Kita akan mati bersama atau menang bersama.”
Wahriz menjawab,
“Engkau telah berlaku adil.”

Pasukan Habasyah di bawah pimpinan Masruq bin Abrahah keluar untuk menghadapi mereka. Pertempuran besar pun terjadi. Wahriz mengirim putranya ke medan perang, tetapi ia gugur, membuat sang ayah semakin marah dan bertekad membalas.


Kematian Masruq dan Runtuhnya Kekuasaan Habasyah

Ketika dua pasukan berhadapan, Wahriz bertanya,

“Tunjukkan padaku raja mereka!”

Mereka menunjuk ke arah Masruq yang menunggangi gajah dengan mahkota berhiaskan batu yaqut merah di dahinya. Wahriz mengamatinya, lalu menunggu waktu yang tepat. Ketika Masruq turun dari gajah dan menaiki bighal (hewan peranakan kuda dan keledai), Wahriz berkata,

“Sekarang dia hina seperti tunggangannya. Kerajaannya pun akan runtuh.”

Dengan kekuatan luar biasa, Wahriz menarik busurnya dan melepaskan anak panah. Panah itu menembus batu yaqut merah di antara mata Masruq, menembus tengkuknya, dan menewaskannya seketika.

Pasukan Habasyah panik. Wahriz memberi tanda serangan, dan pasukan Persia serta Yaman menyerbu dengan dahsyat. Dalam waktu singkat, pasukan Habasyah kalah dan melarikan diri.


Kembalinya Kerajaan Yaman

Setelah kemenangan besar itu, Wahriz dan Sayf masuk ke kota Sana‘a. Wahriz berseru,

“Panji perang tidak akan masuk ke kota ini dalam keadaan tertunduk! Runtuhkan gerbangnya!”

Gerbang pun dihancurkan, dan mereka masuk dengan panji-panji tegak berkibar. Yaman akhirnya bebas dari kekuasaan Habasyah.

Berita kemenangan itu menyebar ke seluruh Jazirah Arab. Para pemuka bangsa Arab datang memberi selamat kepada Sayf bin Dzi Yazan, termasuk ‘Abdul Muthalib bin Hasyim dari kaum Quraisy.
Dalam pertemuan itu, Sayf menyampaikan kabar gembira tentang akan datangnya Rasulullah ﷺ, sebagaimana pernah dikabarkan oleh para peramal Arab, Satih dan Syiq.


Akhir Kisah

Setelah Yaman merdeka, Wahriz dan pasukannya menetap di negeri itu. Dari keturunan mereka lahirlah kelompok yang dikenal dengan nama al-Abnā’, yakni orang-orang Persia yang menetap di Yaman dan keturunannya masih ada hingga kini.

Sumber : Al Bidayah Wa an Nihayah 

Baca juga : Ramalan Satih dan SyiqKisah Abrahah

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nabi Syamuil (Samuel) dan Nabi Dawud : Thalut vs Jalut, Ujian Sungai, dan Kembalinya Tabut Bani Israil

Nabi Ilyas عليه السلام

Saba’: Negeri Makmur yang Hilang