Hilangnya Hajar Aswad dan Awal Mula Berhala di Ka'bah


Kisah ‘Amr bin Luhay — Awal Penyembahan Berhala di Tanah Arab

Pada masa jahiliyah, jauh sebelum datangnya Islam, hiduplah seorang pemimpin besar dari suku Khuza‘ah bernama ‘Amr bin Luhay bin Haritsah bin Mazyqiyā’ al-Azdī al-Khuzā‘ī. Ia dikenal sebagai tokoh yang berwibawa, kaya raya, dan sangat dihormati oleh bangsa Arab.

Penguasa Makkah dan Penjaga Ka‘bah

Sebelum masa kepemimpinannya, penjagaan dan penguasaan atas Ka‘bah berada di tangan keturunan Nabi Ismail ‘alayhis-salām. Namun setelah terjadi perebutan kekuasaan antara suku Jurhum dan Khuza‘ah, tampuk kekuasaan atas Makkah dan Ka‘bah akhirnya jatuh ke tangan ‘Amr bin Luhay.

Sejak itu, bangsa Arab tunduk kepadanya. Mereka mematuhi semua perintahnya, baik dalam urusan dunia maupun agama. Ia bukan hanya pemimpin politik, tetapi juga dianggap sebagai pemimpin rohani yang suci dan penuh keberkahan.

Pada masa awal kekuasaannya, ‘Amr menunjukkan keadilan dan kebijaksanaan. Ia menjaga perjanjian lama bahwa kunci Ka‘bah tetap dipegang oleh keturunan Ismail, sementara Khuza‘ah memegang pemerintahan. Namun, peristiwa besar kemudian mengubah segalanya.

Kisah Hajar Aswad yang Hilang

Suatu malam, ketika penduduk Makkah sedang terlelap, sekelompok orang dari kabilah Iyād menyelinap ke sekitar Ka‘bah. Mereka iri terhadap keturunan Ismail dan dengan diam-diam mengambil Hajar Aswad, batu hitam yang menjadi simbol suci ibadah haji. Batu itu mereka kubur di tempat tersembunyi.

Keesokan harinya, Makkah gempar. Semua orang panik karena Hajar Aswad hilang. Tak ada ibadah yang sempurna tanpa batu itu.

Namun, seorang wanita dari Khuza‘ah melihat kejadian malam itu. Ia segera memberitahu ‘Amr bin Luhay tentang tempat batu itu dikubur. Maka ‘Amr mengumpulkan para pemuka Khuza‘ah dan keturunan Ismail, lalu berkata:

“Wahai Bani Ismail, Allah dulu memberikan kalian kehormatan menjaga Ka‘bah, namun kini kekuasaan telah berpindah. Tidak ada yang menolak ketentuan Allah. Sekarang, jika aku bisa mengembalikan batu suci itu, apakah kalian rela menyerahkan tugas penjagaan Ka‘bah kepadaku?”

Mereka menjawab dengan sedih,

“Kami tidak akan tenang tanpa batu itu. Jika engkau bisa mengembalikannya, kami rela menyerahkan penjagaan Ka‘bah kepadamu.”

Lalu ‘Amr memanggil wanita yang menjadi saksi tadi. Ia menunjukkan tempat batu itu dikubur, dan benar — di situlah Hajar Aswad ditemukan kembali. Penduduk Makkah bersorak gembira.

Sejak saat itu, penjagaan Ka‘bah resmi berpindah ke tangan ‘Amr bin Luhay dan keturunannya. Sedangkan keturunan Ismail kehilangan kekuasaan dan kehormatan mereka di Makkah.

Kemakmuran dan Pengaruh Besar

Selama berabad-abad, suku Khuza‘ah memegang kendali atas Makkah — sekitar tiga hingga lima ratus tahun lamanya. Di bawah pimpinan ‘Amr, kota itu makmur. Ia dikenal sangat kaya dan dermawan.

Dikisahkan, ia memiliki dua puluh ribu ekor unta, dan pada musim haji ia biasa menyembelih sepuluh ribu ekor unta, memberi pakaian kepada ribuan orang, serta menyuguhkan makanan untuk seluruh bangsa Arab yang datang berhaji.

Karena kemurahan hatinya, ucapannya dianggap hukum, dan semua orang menaatinya tanpa ragu. Tak seorang pun berani menolak perintahnya.

Namun di balik kemegahan itu, malapetaka besar sedang menunggu.

Awal Mula Penyembahan Berhala

Suatu hari, ‘Amr bin Luhay melakukan perjalanan ke Syam (daerah sekitar Yordania dan Palestina sekarang) untuk suatu urusan. Ketika tiba di daerah Ma’ab, ia melihat penduduk setempat — keturunan bangsa ‘Amaliqah — menyembah berhala-berhala dari batu.

Penasaran, ia bertanya:

“Apa yang kalian sembah ini?”

Mereka menjawab:

“Ini adalah tuhan-tuhan kami. Kami memohon hujan kepada mereka, dan mereka menurunkannya. Kami memohon kemenangan, dan mereka menolong kami.”

Mendengar itu, ‘Amr terpesona. Ia berpikir bahwa inilah sebab kemakmuran negeri mereka. Lalu ia berkata:

“Berikan kepadaku satu dari berhala-berhala ini, agar aku bawa ke tanah Arab supaya bangsaku menyembahnya juga.”

Mereka pun memberinya sebuah berhala bernama Hubal.

Ketika kembali ke Makkah, ‘Amr mendirikan Hubal di dekat Ka‘bah, dan memerintahkan penduduk agar menyembah serta memuliakannya.

Maka sejak saat itulah, bangsa Arab mulai meninggalkan agama Nabi Ibrahim dan Ismail. Mereka mulai menyembah batu dan patung.

Namun, sebagian kecil ajaran Ibrahim masih mereka pertahankan: menghormati Ka‘bah, melakukan tawaf, berhaji, berkurban, dan berihram. Tapi semuanya telah tercampur dengan kesyirikan dan adat jahiliyah.

Penyebaran Berhala di Seluruh Jazirah

Setelah itu, penyembahan berhala menyebar luas. Setiap kabilah memiliki berhalanya sendiri:

  • Wadd di Dumat al-Jandal (Bani Kalb)

  • Suwa‘ di Ruhath (Bani Huzayl)

  • Yaghūts di Jurash (Bani Tayyi’ dan Madhhij)

  • Ya‘ūq di Yaman (Bani Hamdān)

  • Nasr di Himyar

  • Al-Lāt di Tha’if (kaum Tsaqif)

  • Al-‘Uzzā di Nakhla (kaum Quraisy)

  • Manāt di Qudaid (kaum Aus dan Khazraj)

  • Dzu al-Khalashah di Tabālah (kaum Daws dan Bajilah)

Setiap rumah bahkan memiliki berhala pribadi. Saat hendak bepergian, mereka mengusap berhala sebelum berangkat dan mengusapnya lagi ketika pulang, sebagai tanda penghormatan.

Demikianlah, syirik pertama kali menyebar di tanah Arab karena ajakan ‘Amr bin Luhay.

Akhir yang Tragis

Berabad-abad kemudian, ketika Islam datang membawa cahaya tauhid, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Aku melihat ‘Amr bin ‘Amir al-Khuza‘i menyeret ususnya di dalam neraka. Dialah orang pertama yang membebaskan sa’ibah dan menetapkan aturan bahīrah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain, Nabi ﷺ bersabda kepada seorang tokoh Khuza‘ah bernama Aktsam bin al-Jawn:

“Wahai Aktsam, aku melihat ‘Amr bin Luhay menyeret ususnya di neraka. Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih mirip denganmu darinya.”

Aktsam pun khawatir,

“Apakah kemiripanku dengannya akan mencelakaiku, wahai Rasulullah?”

Beliau menjawab:

“Tidak, karena engkau seorang mukmin, sedangkan dia kafir. Dialah orang pertama yang mengubah agama Ismail dan mendirikan berhala-berhala.”

Maka berakhirlah kisah tragis ‘Amr bin Luhay — seorang pemimpin besar yang disanjung di dunia, tetapi binasa di akhirat karena menyesatkan bangsanya dari jalan tauhid.

Sumber : alBidayah Wannihayah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nabi Syamuil (Samuel) dan Nabi Dawud : Thalut vs Jalut, Ujian Sungai, dan Kembalinya Tabut Bani Israil

Nabi Ilyas عليه السلام

Saba’: Negeri Makmur yang Hilang