Hasyim: Datuk Rasulullah yang Dermawan dan Bijaksana

Hasyim bin Abdul Manaf, kakek Nabi Muhammad, membagikan makanan dan roti kepada masyarakat Quraisy yang kelaparan di pasar Mekah saat masa paceklik

🧩 Asal-usul dan Julukan

Nama asli Hasyim adalah ‘Amr, sedangkan julukannya Abu Nadhlah.
Ia dikenal dengan sebutan Hasyim karena suatu peristiwa unik — dialah orang pertama yang menghancurkan (هاشم) roti untuk dijadikan bubur tsarid, lalu membagikannya kepada masyarakat Mekah sebagai makanan.
Dari kedermawanan inilah namanya melekat: Hasyim, “sang penghancur roti” yang memberi makan dengan kasih.


🏠 Keluarga dan Saudara-saudara

Hasyim adalah anak tertua dari Abdul Manaf, seorang tokoh terpandang di kalangan Quraisy.
Saudara-saudaranya adalah:

  • ‘Abdu Syams, saudara kembarnya,

  • Naufal, dan

  • Al-Muthalib, yang termuda.

Ibu Hasyim bernama ‘Atikah binti Murrah As-Sulamiyah, sedangkan ibu Naufal adalah Waqidah.
Keempat anak Abdul Manaf ini dikenal sebagai Al-Mujabbarun — para pembaharu dan pemimpin kuat di tengah kaumnya.


🌍 Perintis Perjanjian dan Perjalanan Dagang

Mereka berempat memiliki jasa besar bagi Quraisy.
Mereka membuat perjanjian-perjanjian dagang dan keamanan dengan berbagai kerajaan agar perjalanan kaum Quraisy menjadi aman dan makmur.

  • Hasyim: membuat perjanjian dengan Romawi dan Ghassan di Syam.

  • ‘Abdu Syams: menjalin hubungan dengan An-Najasyi di Habasyah (Ethiopia).

  • Naufal: berhubungan dengan penguasa Persia di Irak.

  • Al-Muthalib: menjalin perjanjian dengan Himyar di Yaman.

Berkat usaha mereka, Quraisy dapat berdagang ke utara dan selatan tanpa gangguan.
Allah pun mengukuhkan kedudukan mereka sebagai kaum yang dihormati di Jazirah Arab.


⚔️ Kisah Saudara Kembar dan Pertanda Permusuhan

Disebutkan bahwa ‘Abdu Syams dan Hasyim adalah anak kembar.
Ketika lahir, jari salah satunya menempel di dahi saudaranya.
Setelah dipisahkan, darah mengalir, dan orang-orang berkata:

“Akan ada pertumpahan darah di antara keturunan keduanya.”

Ucapan ini ternyata menjadi pertanda awal permusuhan panjang antara Bani Hasyim dan Bani Umayyah di masa depan.


🏆 Pertikaian dengan Umayyah bin ‘Abdu Syams

Setelah ayah mereka wafat, Hasyim mewarisi tugas mulia: menyediakan air (siqāyah) dan makanan (rifādah) bagi para jamaah haji.
Kepemimpinan dan kemurahan hatinya membuat Quraisy kagum — namun juga menimbulkan iri di hati Umayyah bin ‘Abdu Syams, keponakannya sendiri.

Umayyah mencoba menandingi kedermawanan Hasyim, tetapi gagal.
Ketika orang-orang Quraisy mengejeknya, ia pun menantang Hasyim untuk adu kehormatan (munāfarah) dengan taruhan 50 ekor unta dan pengasingan selama 10 tahun bagi yang kalah.

Awalnya Hasyim menolak karena merasa hal itu tak pantas baginya, namun desakan orang-orang Quraisy membuatnya menerima tantangan tersebut.
Mereka menunjuk seorang dukun dari Khuza‘ah di daerah ‘Usfān sebagai penengah.


⚖️ Kemenangan Hasyim

Umayyah datang bersama saksi dan keluarganya, namun sang dukun bersyair dengan lantang:

“Demi bulan yang cemerlang,
Demi bintang yang gemilang,
Demi awan dan hujan yang tercurah,
Demi burung di angkasa dan musafir di padang luas,
Sungguh, Hasyim unggul atas Umayyah
Dalam segala kebajikan — yang dahulu dan yang kini.”

Putusan pun jatuh kepada Hasyim.
Ia mengambil 50 unta, menyembelihnya, dan membagi-bagikannya kepada orang miskin.
Sementara Umayyah harus meninggalkan Mekah menuju Syam selama 10 tahun.
Sejak saat itulah permusuhan antara Bani Hasyim dan Bani Umayyah bermula.


🌕 Wafat dan Warisan

Hasyim dan saudaranya Al-Muthalib dikenal sebagai Al-Badrān, artinya dua bulan purnama, karena ketampanan dan cahaya wajah mereka.

Namun usia Hasyim tak panjang.
Ia wafat di Gaza pada usia sekitar dua puluh hingga dua puluh lima tahun.
Setelahnya, tanggung jawab besar atas rifādah dan siqāyah diambil alih oleh saudaranya Al-Muthalib, karena putra Hasyim, Abdul Muthalib, masih kecil saat itu.


Sumber : Al Kamil Fii al Tarikh

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nabi Syamuil (Samuel) dan Nabi Dawud : Thalut vs Jalut, Ujian Sungai, dan Kembalinya Tabut Bani Israil

Nabi Ilyas عليه السلام

Saba’: Negeri Makmur yang Hilang