Awal Mula Nasrani di Najran dan Ashabul Ukhdud
🌿 Kisah Fimyūn dan Awal Mula Nasrani di Najran
Dahulu kala, hiduplah seorang laki-laki saleh bernama Fimyūn.
Ia adalah pengikut setia ajaran Nabi Isa, sangat tekun beribadah, dan tidak tertarik pada harta dunia.
Doanya selalu dikabulkan oleh Allah.
Fimyūn gemar berkelana dan berpindah-pindah tempat.
Setiap kali kesalehannya diketahui banyak orang, ia akan segera pergi ke tempat lain.
Ia hidup dari hasil tangannya sendiri sebagai pembuat gerabah dari tanah liat.
Setiap hari Minggu, Fimyūn berhenti bekerja.
Ia pergi ke padang pasir untuk beribadah seharian penuh, mengasingkan diri dalam ketenangan dan doa.
🌾 Pertemuan Fimyūn dan Shāliḥ
Suatu hari, Fimyūn singgah di sebuah desa di negeri Syam.
Di sana, seorang pemuda bernama Shāliḥ memperhatikan kesalehannya dan diam-diam mengikutinya ke mana pun ia pergi.
Pada hari Minggu, Fimyūn seperti biasa pergi ke padang pasir untuk beribadah, dan Shāliḥ mengikutinya dari jauh.
Ketika Fimyūn sedang khusyuk shalat, tiba-tiba seekor ular besar mendekat ke arahnya.
Shāliḥ berteriak ketakutan,
“Wahai Fimyūn! Ada ular mendekatimu!”
Namun Fimyūn tidak bergeming.
Ia hanya berdoa kepada Allah — dan seketika itu juga, ular besar itu mati di tempatnya!
Fimyūn terus melanjutkan shalatnya hingga sore hari.
Setelah selesai, ia baru menyadari bahwa Shāliḥ telah mengenalnya.
Shāliḥ mendekat dan berkata penuh haru,
“Demi Tuhan, aku belum pernah mencintai seseorang seperti aku mencintaimu.
Aku ingin menyertaimu ke mana pun engkau pergi.”
Fimyūn tersenyum dan menjawab lembut,
“Baiklah.”
Sejak saat itu, Shāliḥ menjadi sahabat setianya.
🌙 Doa yang Mustajab
Fimyūn dikenal memiliki karāmah:
jika ada orang sakit dibawa kepadanya, ia akan berdoa — dan orang itu langsung sembuh.
Namun ia menolak untuk dipanggil ke rumah orang.
Ia hanya mau mendoakan mereka yang dibawa langsung kepadanya.
Suatu kali, seorang warga desa yang anaknya buta ingin meminta doa dari Fimyūn.
Ia tahu bahwa Fimyūn tidak akan datang jika diminta, maka ia menyusun rencana.
Ia mempekerjakan Fimyūn membuat gerabah di rumahnya.
Ketika Fimyūn masuk ke kamar tempatnya bekerja, sang ayah menyingkap kain yang menutupi anaknya yang buta, lalu memohon doa.
Fimyūn pun berdoa — dan seketika itu juga anak itu dapat melihat kembali!
Ketika Fimyūn tahu bahwa rahasia kesalehannya telah tersebar,
ia bersama Shāliḥ segera meninggalkan desa itu.
🏜️ Menuju Najran
Mereka terus berjalan hingga tiba di wilayah Arab.
Namun malang menimpa, mereka tertangkap oleh sekelompok suku Badui dan dijual sebagai budak di Najran.
Pada masa itu, penduduk Najran masih menyembah berhala,
terutama sebuah pohon kurma besar di tengah kampung.
Setiap tahun mereka mengadakan perayaan besar, menghiasi pohon itu dengan kain dan perhiasan, lalu menyembahnya.
Fimyūn dibeli oleh seorang bangsawan Najran, sedangkan Shāliḥ dibeli oleh bangsawan lain.
Setiap malam, Fimyūn bangun untuk beribadah.
Ajaibnya, ruangan tempat ia shalat selalu bercahaya tanpa lampu sedikit pun.
✨ Munculnya Iman di Najran
Tuannya heran melihat cahaya itu dan menanyakan agama Fimyūn.
Fimyūn pun menjelaskan tentang tauhid dan mencela penyembahan berhala.
Ia berkata,
“Jika aku berdoa kepada Tuhanku,
niscaya Dia akan menghancurkan pohon kurma yang kalian sembah itu.”
Tuannya menantang,
“Lakukanlah! Jika engkau benar, kami akan meninggalkan agama kami dan mengikutimu.”
Maka Fimyūn berdoa kepada Allah.
Sekonyong-konyong angin besar bertiup kencang,
pohon kurma itu kering dan tumbang seketika.
Melihat kejadian itu, penduduk Najran beriman dan memeluk agama yang dibawa Fimyūn.
Peristiwa inilah yang menjadi awal mula tersebarnya agama Nasrani di Najran.
🔥 Kisah ‘Abdullāh dan Tragedi Parit Api (al-Ukhdūd)
Selain Fimyūn, ada pula kisah lain yang terjadi di Najran —
kisah seorang pemuda bernama ‘Abdullāh bin Tṣhāmir.
Dahulu, di desa itu hidup seorang tukang sihir yang mengajarkan ilmunya kepada anak-anak.
Salah satu murid yang diutus kepadanya adalah ‘Abdullāh.
Namun dalam perjalanannya, ia melewati tempat tinggal Fimyūn yang saleh.
Tertarik dengan cara ibadah Fimyūn, ‘Abdullāh duduk mendengarkan ajarannya,
hingga akhirnya ia pun memeluk agama tauhid.
🌿 Nama Agung Allah
‘Abdullāh sering meminta Fimyūn untuk mengajarkan al-ism al-a‘ẓam,
yakni Nama Agung Allah yang memiliki kekuatan luar biasa.
Namun Fimyūn menolak, karena menilai ia belum siap.
Penasaran, ‘Abdullāh mencari tahu sendiri.
Ia menulis seluruh nama Allah yang ia ketahui di cawan-cawan,
lalu melemparkannya satu per satu ke dalam api.
Ketika ia melempar cawan bertuliskan Nama Agung Allah,
cawan itu tetap utuh dan tidak terbakar sama sekali.
Ia segera kembali kepada Fimyūn dan menceritakan apa yang terjadi.
Fimyūn hanya berkata,
“Tahan dirimu, aku tidak menyangka kau akan melakukannya.”
🌟 Mukjizat dan Iman Penduduk Najran
Sejak saat itu, setiap ada orang sakit datang kepadanya, ‘Abdullāh berkata:
“Maukah engkau masuk ke dalam agamaku?
Jika engkau beriman, aku akan berdoa agar Allah menyembuhkanmu.”
Mereka pun beriman, dan Allah menyembuhkan mereka.
Kabar tentang ‘Abdullāh tersebar ke seluruh Najran.
Semua orang sakit datang kepadanya, masuk Islam, dan disembuhkan.
👑 Amarah Raja dan Keberanian ‘Abdullāh
Kabar itu sampai ke telinga Raja Najran.
Ia memanggil ‘Abdullāh dan berkata dengan murka:
“Engkau telah menyesatkan rakyatku dan merusak agama kami!
Aku akan menyiksamu!”
‘Abdullāh menjawab dengan tenang,
“Engkau tidak akan mampu melakukannya.”
Raja memerintahkan agar ia dilempar dari puncak gunung —
namun ia sama sekali tidak terluka.
Kemudian ia diseret ke perairan Najran yang berarus deras,
tetapi ia keluar dari air tanpa cedera sedikit pun.
Akhirnya ‘Abdullāh berkata kepada raja:
“Engkau tidak akan bisa membunuhku, kecuali jika engkau beriman kepada Allah seperti aku.
Jika engkau melakukannya, barulah engkau dapat membunuhku.”
🔥 Tragedi al-Ukhdūd
Raja pun akhirnya mengucapkan kalimat tauhid,
lalu memukul ‘Abdullāh hingga ia wafat.
Tak lama kemudian, raja itu sendiri binasa di tempatnya.
Penduduk Najran pun berduyun-duyun memeluk agama yang dibawa oleh ‘Abdullāh bin Tṣhāmir.
Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama.
Datanglah Dzu Nuwās dari negeri Himyar bersama tentaranya.
Ia memaksa penduduk Najran meninggalkan agama tauhid dan memeluk Yahudi.
Ketika mereka menolak, Dzu Nuwās menggali parit-parit besar, menyalakan api di dalamnya,
dan membakar orang-orang beriman hidup-hidup.
Jumlah yang gugur karena mempertahankan iman mereka mencapai dua puluh ribu jiwa.
Peristiwa inilah yang diabadikan dalam Al-Qur’an sebagai kisah Ashḥāb al-Ukhdūd —
orang-orang yang dibakar dalam parit karena keimanan mereka.
Hanya seorang lelaki bernama Daus Dzu Ṯsa‘labān yang berhasil melarikan diri dengan kudanya,
menyelamatkan diri ke padang pasir. Ia melarikan diri menuju negeri Syam dan memohon pertolongan kepada Kaisar Romawi, yang saat itu beragama Nasrani. Kaisar pun merasa iba dan menulis surat kepada sekutunya, Raja Najasyi di negeri Habasyah (Ethiopia), agar menolong kaum Nasrani di Yaman dan menghukum Dzu Nuwās. Kemudian Raja Najasyi mengirimkan pasukannya yang dipimpin oleh Aryat dan Abrahah.
Sumber : al Kamil fi al Tarikh

Komentar
Posting Komentar